Diary Bunda 1



Satu hal yang membanggakan adalah membersamai anak-anak sepanjang hidup dari hari ke hari. Dan mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang membanggakan tanpa kita sadari.

Jarang ngomong, irit bicara, sedikit komentar adalah ciri khas si Sulung. Mesti digetok dulu baru ngomong. Tapi kalo udah mulai ngomong, kata-katanya udah kayak orang paling bijak sedunia. Beneran ga yangka, ini anakku tah 😂

Sekelumit obrolan ringan dengannya beberapa waktu lalu.

“Tempo hari Ustadz Erwandi sakit, kasian, ya. Ustadz sepintar itu sangat jarang,” gumamku saat mendengarkan kajian pagi hari di satu stasiun radio.

“Ustadz yang udah Doktor tapi masih muda itu, ya, Mi?” si Sulung menimpali. Tumben dia ikutan nimbrung. Padahal sedang mengikat tali sepatu. 

“Iya, kamu harus jadi kayak dia Zan, pintar dan tawadhu, padahal ilmunya banyak. Fans-nya juga banyak, hihihi…” ujarku diakhiri tawa kecil.

Cah lanangku ini cuma menarik napas pendek. Sambil memakai sepatu ia berujar santai, “ga apa-apa ga terkenal di bumi tapi banggalah karena terkenal di langit. Banggalah saat malaikat selalu menyebut-nyebut nama kita di langit, di depan Allah.” selorohnya seraya menenteng tas. Degggg! Iki sapa tah yang ngomong? Cah lanangku! Mrebesmili akuhhh. 😭😭

“Emang siapa yang terkenal di langit?” pancingku. Karena jarang-jarang nih cah lanang bicara sepanjang ini.

“Masa Ummi ga tahu... Uwais Al Qarni. Namanya sudah disebut-sebut malaikat di langit dan Allah memberitahukan tentang dirinya pada Nabi Muhammad sebelum kelahirannya. Bahkan Umar bin Khattab bernafsu sekali ingin bertemu dengannya dan meminta di doakan oleh Uwais.” Terangnya panjang lebar. Mengikat tali sepatu sudah selesai, tas gemblognya sudah nangkring di bahu. Tangannya siap menicum tanganku tapi aku masih bengong, sementara Abinya yang sedari tadi menyalakan motor dan siap mengantar si Sulung hanya menarik senyum simpul.

Karena aku dan si Abi tak berkomentar, si Sulung berkata lagi, “Dialah Uwais Al Qarni, pemuda terbaik di kalangan tabiin. Ga percaya? Tanya mbah gugel aja, Mi.” pungkasnya lantas mencium tanganku lalu nangkring di atas motor siap berangkat sekolah. Aku mengantar kepergiannya dengan senyum mengembang dan jutaan doa agar dia selalu berada dalam lindunganNya. Aamiin. 

*Zya, di satu episode pagi si sulung. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran