Tetanggaku Idamanku


Tetanggaku Idamanku


Dalam hidup bermasyarakat di mana pun kita pasti dihadapkan pada hal yang satu ini. Kehidupan bertetangga. Tidak ada manusia  yang hidup tanpa tetangga. Bahkan yang tinggal di apartemen yang jarang sekali bertegur sapa pun sejatinya mempunyai tetangga di sebelah mereka. Tetangga adalah orang yang tinggal paling dekat dengan kita, sebelah rumah kita, kanan kiri dan berhadap-hadapan. Bahkan ada yang menyebutkannya dengan skup yang lebih luas lagi, bahwa tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar kita. Selama ia masih berada di lingkungan tempat tinggal kita itulah tetangga kita.

Tetangga ini beraneka tipe, ada tetangga yang baik hati, ramah, ada juga yang biasa-biasa saja. Dan ada juga tetangga yang tidak ramah bahkan cenderung mengajak bermusuhan. Arrrggghhh… sejatinya tetangga adalah saudara kita karena merekalah yang kesehariannya berada di dekat kita. Mereka juga tahu siapa kita karena ada tetangga yang sangat perhatian, yang kerjaannya selalu memperhatikan kita dari pagi hingga pagi lagi.ada ya? ada! Care banget, kan 😂

Dag dig dug Tetangga Baru

Ketika kita membeli rumah baru, menempati kontrakan baru, pindah ke daerah yang benar-benar baru, apa sih yang ada di benak kita? Kalo saya, kali pertama yang terpikirkan ketika pindah ke tempat tinggal yang baru adalah bagaimana tetangga di sana? Ramah kah? Kepo kah? Dan kah kah yang lainnya. Ini salah satu alasan kenapa saya betah berlama-lama tinggal bersama ibu ketika sudah menikah. Hingga mempunyai anak satu pun saya masih betah tinggal bersama ibu, saya tak mau berpisah dari ibu bukan semata karena takut tidak bisa merawat anak seorang diri tapi lebih takut jika saya dipertemukan dengan tetangga yang ‘jahat’ hihihi… serem amat ya ketakutan saya 😁

  Tetangga seperti apa yang menjadi idaman? Tentu kita mengharapkan yang menjadi tetangga kita adalah tetangga yang superbaik, tidak neko-neko, dan selalu sehati dan sejalan dalam suka dan duka. Duhh, damai betul ya hidup kita jika semua tetangga seperti ini.

Saat baru menjejakkan kaki di rumah baru, semua terliaht asing. Jangankan tetangga, rumah pun mejadi asing meski kita sudah beberapa kali datang melihatnya sebelum memutuskan untuk membelinya. Saya juga mencari informasi ke tetangga terdekat mengenai calon tempat tinggal baru kami ini. “Nah, belum pindah saja sudah menyebutkan tetangga dan meminta bantuannya. Bagaimana bisa dirimu merasa takut dengan tetanggamu?” begitu kira-kira seloroh ibu saya saat saya menceritakan pengalaman menengok rumah. Apa yang disebutkan ibu saya itu sudah pasti ada benarnya. Kita belum pindah saja sudah berkomunikasi dengan tetangga sekitar, sehingga mereka jadi tahu bahwa kita adalah calon penghuni baru rumah itu, dan tentu saja akan menjadi bagian dari mereka. Interaksi itu tidak akan bisa dihindari. Say hello dan senyum simpul pasti akan tersungging saat kita bersitatap dengan para tetangga. Selanjutnya pembicaraan kecil pun pasti akan bergeser. Ritual petanyaan basa basi, tentang asal usul, jumlah anak, kerja dimana... biasanya akan terlontar begitu saja dari calon tetangga kita. Sejatinya mereka pun seperti kita, mengorek keterangan siapa sebenarnya kita, ‘siapa sih yang akan masuk genk rumpi kita besok,’ hihi…

Karena cerminan tetanggamu adalah dirimu sendiri

Seiring berjalannya waktu profil para tetangga akan terangkum jelas di depan kita. Saya malah mencatat karakter mereka satu persatu lengkap dengan namanya. Hihi, rajin, ya 😅😅
Kehidupan dalam bertetangga tentu tidak akan selamanya damai, pasti ada riak-riaknya. Tetangga tak semuanya senang dengan kita, tak semua manis terhadap kita meski lebih banyak yang baik tapi bukan berarti tak ada  yang tidak baik. Sikapi semua dengan bijak. Ibu saya mengatakan, ‘cerminan tetanggamu adalah dirimu sendiri’ saya selalu memakai analogi tersebut. Jika ingin tetangga baik maka saya harus baik, jika ingin tetangga ramah saya harus ramah, jika ingin tetangga tidak kepo maka saya jangan kepo. It’s so simple. Meskipun demikian pasti ada yang tidak sama, cenderung berkebalikan, tapi tak mengapa yang terpenting saya sudah baik, jika mereka tidak baik, itu bukan urusan saya tapi urusan mereka dengan yang Maha Baik.

Tetangga Idaman

Semua orang pasti ingin punya tetangga idaman. Tetangga yang bagaimana sih, yang diidam-idamkan setiap orang? Yuk, kita simak ciri-cirinya, siapa tahu kita dan tetangga kita termasuk di dalamnya.
  •        Tidak kepo
Tetangga yang baik tidak akan mencampuri urusan tetangganya. Mencampuri saja tidak boleh apalagi mengorek-ngorek keterangan tentangnya. Mau tahu saja apa yang dikerjakan tetangga kita, kenapa dia begitu, kenapa dia begini. Sungguh itu tidaklah baik. Setiap orang memiliki privasi yang tidak ingin diketahui oleh orang lain, begitupun dengan tetangga kita. Jika ia tidak mengijinkan kita untuk tahu urusannya maka cukuplah kita sampai di garis itu saja. Jangan sengaja mengorek info lain lagi, apalagi dari sumber yang tidak tepat.
  •         Saling berbagi
Tetangga adalah keluarga terdekat kita, mereka yang tinggal di samping kanan kiri, depan belakang rumah kita sampai kapan pun. Tidak ada salahnya jika kita saling berbagi dengan tetangga. Baik itu makanan atau apa pun yang baik-baik. Berbagi cerita juga baik, asal tidak curhat yang kebablasan hingga menggosipkan orang lain. Saling tolong menolong jika ada yang kesulitan dan bahu membahu jika ada kegiatan bersama.
·           
         • Ramah dan murah senyum

Sudah selayaknya jika kita hidup berdampingan itu harus ramah pada tetangga. Sesame warga yang baik tentu kita menginginkan kehidupan yang harmonis, tidak acuh tak acuh apalagi seperti orang yang tidak saling kenal satu sama lain padahal tinggal bersebelahan. Saling bertegur sapa, melontarkan senyum manis, dan bertanya kabar berita tentu akan menambah keakraban. Jika kita ramah pada semua orang tentu orang pun akan ramah pada kita. Nah, sudahkah anda menyapa tetangga ada pagi ini? Tetanggaku, apa kabarmu hari ini?

  •      Berpartisipasi jika ada kegiatan bersama

Untuk menjalin silaturahmi dan kebersamaan ada baiknya kita ikutan nimbrung bersama tetangga lain jika ada kegiatan di lingkungan sekitar kita. Biasanya ada kerja bakti, gotong royong membangun masjid, memperbaiki jalan, dsb. Aktiflah berpastisipasi dalam kegiatan tersebut. Sementara para bapak berjibaku membersihkan lingkungan, para ibu bisa memasak bersama untuk menyiapkan kudapan dan makan siangnya. Dengan begitu kebersamaan semakin erat terjalin dan sikap bermusuhan akan hilang dengan sendirinya.

·                  • Hindari hal-hal yang merusak silaturahim

Tentunya selain adab yang baik dalam bertetangga pastinya ada juga perilaku buruk yang wajib kita hindari agar keutuhan kehidupan bertetangga kita terus sejahtera sepanjang masa. Duhh bahasa saya lebay amat ya 😆😆 tapi memang itulah yang menjadi tujuan hidup kita, bukan?
Baiklah, kembali kepada hal-hal yang merusak silaturahim dan wajib kita hidari, diantaranya:
  • .      Tidak menghasut, mengadu domba satu dengan yang lain.
Tetanga yang suka menghasut,iri dengki dan senang menghembuskan kabar angin cenderung memecah belah keharmonisan bertetagga. Merusak hubungan antarwarga dan yang terparah bisa saling membenci. Hindarilah sikap seperti ini wahai teman, karena apapun itu tak ada gunanya jika kita saling percaya satu sama lain dan tidak mudah termakan omongan orang lain. Senantiasa mencek dan ricek segala informasi yang masuk ke telinga kita sebelum kita mengambil tindakan.
  •      Tidak menyetel musik terlalu keras
Termasuk di dalamnya tidak tertawa berlebihan yang memancing keributan  tetangga sebelah kita. Musik yang terlalu keras tentu akan mengganggu kenyamanan tetangga. Kita tidak tahu mungkin tetangga sebelah sedang sakit dan butuh suasana yang tenang. Musik kita tentu menyebabkan ia menjadi tak nyaman dan bertambah sakit. Ada baiknya kita mendengarkan musik sekedarnya saja, cukup untuk kita dengar sendiri dan tidak sampai keluar suaranya.

  •      Tidak membakar sampah sembarangan
Ketika kita membakar sampah di halaman rumah tentu akan ada asap yang membmbung tinggi ke udara. Asap itu sewaktu waktu bisa masuk ke dalam rumah tetangga kita. Kita tentu tidak sengaja mengirimkan asap itu untuk tetangga kita bukan? Ya, tentu saja asap itu terbang sendiri karena tertiup angin. Tapi ada andil kita di sana, asap itu timbul karena kita membakar sampah. Ada baiknya pilihan waktu membakar sampah di pagi atau sore hari saat angin bertiup tidak terlalu kencang sehingga asap tidak bertebaran ke mana-mana. Selain itu biasakan memisahkan antara sampah kering dan sampah basah di tempat yang berbeda. Karena jika semua sampah disatukan dan dibakan bersamaan tentu akan menimbulkan asap yang pekat dan berbau tidak sedap. Dan itu pasti mengganggu kenyamanan bertetangga.
N
  •        Potonglah ranting pohon secara berkala
Ranting pohon yang sudah panjang dan tinggi tentu akan mengganggu jika ranting itu menjuntai ke jalan, akan menghalangi jalan dan jarak pandang. Apabila ranting pohon kita menyeberang ke tetangga pangkaslah segera, kita tidak tahu kan, apakah ranting itu mengganggunya atau tidak. Bisa jadi tepat berada di teras atau halamannya, tapi ia sungkan untuk meminta kita memotong ranting itu.


Seharusnya masih banyak lagi hal yang bisa menghidupkan silturahmi kita antar tetangga. Ini hanya sekelumit tips untuk menambah keharmonisan kehidupan bertetangga tentu kita akan mendapatkan lebih banyak lagi manfaatnya. Selamat bertetangga layaknya bersaudara. Temukan berbagai keharmonisan di dalamnya.

My neighbor is my family. 

[zya]
       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran