Pulang Kampung 2016
Masih menyambung cerita yang kemarin ya …
Day
3
Mari bertualang ke alam bebas. Yeahhh, anak-anak berseru
senang. Sejak beberapa tahun lalu kami sudah terbiasa dengna ritme kehidupan di
desa. Mulai dengna mandi dengan air dingin dan juga berjalan kaki sejauh mata
memandang. Yang paing asik dan selalu dirindukan adalah udaranya yang segar
sekali tanpa polusi. Hari ini kami akan mengunjungi saudara di Gamping, sebuah
daerah yang tidak jauh dar tempat kami tapi cukup berliku rute yang dilalui. Kami
semua pergi ke sana dengan menaiki mobil bak terbuka. Iya, mobil angkut sayuran
itu loh.
Ac alam menerpa sepanjang perjalanan, pemandangan apik
menyapa terus menerus. Jalan berliku dan kebun sayuran menemani di kanan kiri
jalan. Untung saja cuaca bersahabat dan
tidak turun hujan. Tapi meski akan turun hujan, ayahnya Husna—sang supir—sudah mengantisipasi
kemungkinan itu dengan menyiapkan terpal sebagai atapnya untuk melindungi kami
dari terpaan air hujan. Sayangnya hujan tidak turun, Cuma mendung saja, jadi keinginan
menikmati sensasi kehujanan di mobil bak terbuka ga kesampaian deh. Ini sebenarnya
ngarepi hujan turun atau ga sih? :P :P
Jalanan yang naik turun membuat
kami sesekali berseru kaget, juga tikungan tajam yang membuat kami kompak
berteriak Aaaahh. Seruuu... lucu... norak norak bahagia deh, apalagi anak-anak
sangat menikmati.
Tiba di Gamping, luasnya perkebunan cengkih menyambut kami dengan gagahnya. Hamparan cengkih yang menjulang tinggi seakan menjadi pembatas kokoh daerah Gamping dengan daerah lainnya. Sayangnya kami tidak bisa cekrak cekrek karena jalanan yg tidak mulus juga posisi duduk yg kurang nyaman. mau minta berhenti sebentar di kebun cengkih kok kesannya semakin norak maksimal 😝Oiya, di Gamping juga banyak petani cokelat, loh. Selain menjadi buruh pemetik cengkih--yg perkebunannya diolah oleh pemerintah-- para petani juga menggarap lahan masing-masing. Ada kopi, cokelat, jagung, dan...jengkol 👏👏
Dari Gamping petualangan kami berlanjut ke daerah Sumber, ini juga masih termasuk kabupaten Kendal. Kami mampir ke saudara yg baru saja terkena musibah, qadarullah semua baik-baik saja, kami malah disambut dengan antusias. Anak-anak mulai mengeksplorasi pepohonan liar di dekat rumah. Yang menarik perhatian mereka salahsatunya adalah pohon buah naga yg merambat tinggi hingga ke atas. Pohon rambatannnya ternyata pohon petai. Coba lihat, bakal buah naganya banyak sekali.
Rasa ingin tahu mereka langsung keluar,
"Itu bagaimana cara metiknya nanti?" 😱
"Pakai galah sepanjang apa kalo mau metik?" 😛
"Pohon petainya ga marah dirambatin?"😂
Belum selesai dengan aneka pertanyaan, mereka beralih ke kumpulan laba-laba yang sedang asik membuat sarang di antara batang-batang pohon mangga manalagi. Iya, di sini juga ada pohon mangga manalagi kayak di depan rumah kita 😉
Laba-labanya besar sekali, entah jenis apa yang pasti ukurannya setelapak tangan orang dewasa. Tapi sepertinya jinak. Sepertinya?? 😁 Warna badannya ada yang kuning dan hijau. Delapan kakinya berjenjang panjang. Sayang tidak ada foto yang bagus saat mengabadikannya karena sang laba-laba tidak bisa diam, mereka berpindah-pindah terus. Mungkin dia risih kami perhatikan. "Laba-labanya ganjen." Seru Azima 😝
Jelang magrib kami pulang ke rumah si Mbah dengan membawa aneka macam oleh-oleh. Ada salak, jengkol dan petai pastinya. Anak-anak sibuk bercerita tentang petualangannya hari ini pada si Mbah, akhirnya semua cucu si Mbah mulai berbaur, mereka mulai akrab satu sama lain. Mulai merencanakan besok lusa akan pergi ke mana lagi.
Alhamdulillah, liburan yang sangat menyenangkan dan memberikan banyak pelajaran bagi mereka.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
Tiba di Gamping, luasnya perkebunan cengkih menyambut kami dengan gagahnya. Hamparan cengkih yang menjulang tinggi seakan menjadi pembatas kokoh daerah Gamping dengan daerah lainnya. Sayangnya kami tidak bisa cekrak cekrek karena jalanan yg tidak mulus juga posisi duduk yg kurang nyaman. mau minta berhenti sebentar di kebun cengkih kok kesannya semakin norak maksimal 😝Oiya, di Gamping juga banyak petani cokelat, loh. Selain menjadi buruh pemetik cengkih--yg perkebunannya diolah oleh pemerintah-- para petani juga menggarap lahan masing-masing. Ada kopi, cokelat, jagung, dan...jengkol 👏👏
Dari Gamping petualangan kami berlanjut ke daerah Sumber, ini juga masih termasuk kabupaten Kendal. Kami mampir ke saudara yg baru saja terkena musibah, qadarullah semua baik-baik saja, kami malah disambut dengan antusias. Anak-anak mulai mengeksplorasi pepohonan liar di dekat rumah. Yang menarik perhatian mereka salahsatunya adalah pohon buah naga yg merambat tinggi hingga ke atas. Pohon rambatannnya ternyata pohon petai. Coba lihat, bakal buah naganya banyak sekali.
Rasa ingin tahu mereka langsung keluar,
"Itu bagaimana cara metiknya nanti?" 😱
"Pakai galah sepanjang apa kalo mau metik?" 😛
"Pohon petainya ga marah dirambatin?"😂
Belum selesai dengan aneka pertanyaan, mereka beralih ke kumpulan laba-laba yang sedang asik membuat sarang di antara batang-batang pohon mangga manalagi. Iya, di sini juga ada pohon mangga manalagi kayak di depan rumah kita 😉
Laba-labanya besar sekali, entah jenis apa yang pasti ukurannya setelapak tangan orang dewasa. Tapi sepertinya jinak. Sepertinya?? 😁 Warna badannya ada yang kuning dan hijau. Delapan kakinya berjenjang panjang. Sayang tidak ada foto yang bagus saat mengabadikannya karena sang laba-laba tidak bisa diam, mereka berpindah-pindah terus. Mungkin dia risih kami perhatikan. "Laba-labanya ganjen." Seru Azima 😝
Jelang magrib kami pulang ke rumah si Mbah dengan membawa aneka macam oleh-oleh. Ada salak, jengkol dan petai pastinya. Anak-anak sibuk bercerita tentang petualangannya hari ini pada si Mbah, akhirnya semua cucu si Mbah mulai berbaur, mereka mulai akrab satu sama lain. Mulai merencanakan besok lusa akan pergi ke mana lagi.
Alhamdulillah, liburan yang sangat menyenangkan dan memberikan banyak pelajaran bagi mereka.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
Komentar
Posting Komentar