Sebuah Refleksi Diri

Sebuah Refleksi
Bila Masa Itu Tiba

Yakinkah anda di dunia ini memang ada wanita yang ditakdirkan "mulus" dalam menjalani hidup. Keluarga yang baik, jodoh yang baik, dan kehidupan rumah tangga yang relatif cukup. Itu sudah bagus daripada misalnya kaya tetapi nelangsa, miskin tetapi bahagia, cantik tapi nyebelin atau jelek tapi freshlook... pilih mana ayo? 😂😂
Ketimpangan selalu memiliki dinamikanya, bukan?

Maka jika kita berada di posisi relatif 'normal' jangan coba main-main dengan emosi. Biasanya ada rasa bosan yang menggelayut dan ingin keluar dari zona 'normal' tersebut. Padahal itu sudah merupakan nikmat yang tak terkira yang diberikan Tuhan pada kita. Jika kita punya suami yang komunikatif dan perhatian, harta yang relatif cukup, anak-anak yang sehat dan pintar ... Alhamdulillaah itu sudah cukup, jangan tolah-toleh. Sadarkah anda itu nikmat paling besar dalam hidupmu. Jalan lurus ke depan dan nikmati saja dinamika hidup yang sudah pasti ada. Jangan diperumit. #ngomongsambilngaca

Jangan tiba-tiba gatal mengusik hal baru yang sudah tahu itu salah. Kalau media sosial membuat kita yang "normal" menoleh dan menjadi terdistraksi, hapus saja. Uninstall. Apalagi yang dicari? Sebab, emosi yang tidak normal memang bisa menjadi racun. Kadang kita perlu menyelamatkan diri sendiri dengan tidak membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Dengan tidak memperturutkan hawa nafsu yang menuntut sesuatu yang baru tetapi melewati batasan baik dan buruk. Cukupkan saja. Dan kembali ke 'jalan yang benar' dimana nikmat yang sebenarnya itu ada.  #hayooo...balikkananbubarjalan

Tapi rupanya... ada --banyak malah-- wanita yang tidak seberuntung itu. Latar belakang keluarga yang patah, kehidupan rumah tangga yang penuh cobaan, pekerjaan yang tidak nyaman, dan lain-lain. Melihatnya kita boleh saja membantu, empati, memberikan perhatian, dan doakan mereka. Tapi tetaplah proporsional. Tidak semua wanita bisa kita nasihati, bisa diperbaiki dan mau dibantu. Ada yang karena kita memang tidak bisa membantu, ada juga yang memang dari diri wanita itu yang susah untuk membuka diri. Teman, saudara bahkan sahabat sekalipun punya privasi yang tidak ingin orang lain tahu. Yupp, ranah kita hanya sampai di sini saja. Stop! Tidak usah memaksa untuk masuk apalagi menginap 😂
Ketika ia berkata tidak, cukup dengarkan dan jangan dicela. Doakan ia lolos dari ujianNya. Saling support saja sesama manusia. Sebut namanya setiap waktu saat berdoa. Kita tidak tahu sebab doa siapa ia akan terbebas dari masalahnya, bukan?  Mari kita saling mendoakan teman.

Lalu... wanita-wanita muda ini tiba di masa tua. Saya dan Anda. Kita termasuk di dalamnya. Berbagai perangai terbentuk selama waktu berjalan mendampingi kita. Tapi sifat asli bawaan akan selalu ada. 

Mungkin beberapa wanita yang telah berhasil dan berbahagia di usia senja, akan mengingat dinamika hidup yang sudah mereka lalui. Mereka hanya mengingat apa itu bahagia dan melupakan hal-hal yang menyakitkan, hal-hal yang membuat hidup jauh dari sempurna. Lalu mereka percaya bahwa jika wanita muda tidak melakukan ini-itu seperti yang pernah dilakukannya, mereka akan mudah menjadi baik dan tidak banyak mengeluh. Mereka paksakan pandangan akan pengalamannya itu sebagai "sebuah nasehat".
Hohoho... sampai di sini pembahasan akan semakin berat bagi kita kaum wanita. Bahwa wanita cenderung egois dan memakai perasaan bila melakukan sesuatu.  

Atau sebaliknya, wanita sepuh yang hanya mengingat kebahagiaan dan lalu melupakan bahwa ia pun dulu pernah melakukan hal-hal konyol yang berakibat keluhan. Mereka lupa keburukan yang pernah dilakukan karena kini mereka sudah berhasil. Mereka contohkan sikap dan perilakunya sebagai nasehat yang baik. Bahwa, ia melakukan parenting yang ideal dan tidak pernah mengeluh sehingga sekarang berhasil. Yang ini type sedikit lebih lowprofile

Ada juga mungkin yang bahkan tak terpetakan saking sudah nyaman dengan hidupnya sehingga diam-diam saja. Atau malah sebaliknya, tenggelam dalam nasib yang tak kunjung membaik. Lebur dalam keramaian. Dan mereka mungkin baik-baik saja, mungkin tidak. 'Terpaksa' menerima dan menikmati apa yang sudah ditakdirkan. Hingga menunggu waktunya tiba. Type ini type yang paling sulit untuk diterima.  

Kalau saya...
Saat ini saya adalah ibu muda--hihihi-- yang punya percikan emosi. Kadang padat, bahkan meluap-luap. Saya membayangkan, nanti di suatu masa, saat semua menjadi tenang, di mana pun saya berada, saya telah menjelma menjadi wanita sepuh yang selalu tersenyum dan lemah lembut dalam bertutur kata... 😍😍 Semoga saja demikian.
Teringat atau terlupakan. Jelas atau lebur. Semua tidak penting saat kemuliaan di hadapan Allah lebih utama. Semoga saat itu tiba.

Saya hanya membayangkan duduk tenang di beranda rumah sambil menikmati secangkir coffemix --mudah-mudahan selera saya tak berubah hingga usia senja nanti--. Memandangi senja yang mulai menguning, sesekali menatap ke ujung jalan berharap anak-anak datang berkunjung bersama para cucu. Aah, betapa indahnya. Menua dengan sejuta rasa bahagia. Tentu saja bersanding dengan teman setia sepanjang hayat. Menyambut gembira kedatangan mereka dengan penuh keharuan. Menyediakan ruang yang pas untuk mereka mulai berceloteh aneka kisah.

Saya akan lebih banyak memilih untuk mendengarkan.  Mendengarkan cerita mereka, obsesi dan cara pandang, tujuan akhir yang ingin dicapai dan seperti apa wujud kebahagiaan versi mereka. Aah, bila saat itu tiba, saya akan menjadi gelas kosong yang siap menampung apa saja, tak hanya celoteh bahagia tapi juga curhat pilu yg mungkin hadir.  Saya akan dengan senang hati memberi solusi dan menyediakan tempat untuk pulang bagi semua anak-anak kebanggaan saya dan keturunan mereka nanti.

Bukankah ini kebahagiaan yang dinanti di akhir masa, senang rasanya jika nanti mendengar cucumu berkata, "nenekku adalah nenek terbaik di dunia karena ia, aku bahagia tiap kali datang berkunjung."

*teringat akan status fb seorang teman, entah lupa namanya*

Komentar

  1. Balasan
    1. Hikss... Masa itu akan menghampiri kita juga nantinya ya mbak Jeane 😑😅😑😅

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran

Day 14 Al-Qur'an Journaling ~ Qs. Al Isra:7 ~ Senantiasa Berbuat Baik