Ibu, Jadikan Rutinitasmu Lebih Bermakna
Nice Homework #6 Matrikulasi IIP Batch 5
Ibu, Jadikan Rutinitasmu Lebih Bermakna
Menjadi Manajer Rumah Tangga yang Andal
Zya Verani
Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap hari dihadapkan pada rutinitas yang bejibun banyaknya. Dari pagi hingga pagi lagi masih saja sibuk bekerja. Aktifitas yang itu-itu saja tentu membuat bete bahkan terkadang menjurus ke arah stress, jika tidak pandai menikmatinya. Menikmatinya? Iya, nikmati. Enjoy.
Kelas Matrikulasi IIP sudah memasuki pekan ke enam. Artinya NHW-nya pun sudah sampai pada NHW #6. Seperti yang sudah-sudah kami bisa menebak materinya pun semakin menantang. Kali ini berkenaan dengan keprofesionalitasan ibu sebagai MANAGER RUMAH TANGGA. Wowww... mulai berasa ya, bayangan saya sudah mulai mengerucut bagaimana menjadi seorang bunda yang cekatan dalam segala situasi dan kondisi di rumah tangganya.
Manajer (penulisan yang benar di KBBI dengan j bukan g) adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian yang kedua di KBBI, Manajer adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Nah, dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Ibu sebagai Manajer Rumah Tangga ia bertanggung jawab penuh atas apa-apa yang ada di dalamnya termasuk seluruh anggota keluarga dan keberlangsungan rumahtangganya. Baiklah, supaya ga bingung mari kita cermati kegiatan masing-masing ibu di rumah tangganya. Tentu ada yang bekerja di ranah publik dan juga ranah domestik saja. Ibu yang bekerja di luar itu disebut bekerja di ranah publik dan ia juga bekerja di rumahnya sebagai manajer rumah tangga.
Saya kebetulan tidak bekerja di luar tetapi juga tidak santai saja di rumah. Dalam artian saya juga bekerja tapi dari dalam rumah. Alhamdilillah pekerjaan saya masih bisa dikerjakan dari rumah dan hanya sesekali waktu saja dibutuhkan untuk keluar rumah. Rutinitas saya sebagai manajer rumah tangga sama halnya dengan ibu-ibu lain yang juga bekerja di ranah domestik. Aktifitas saya di awali dari bangun sebelum subuh untuk merendam cucian, mempersiapkan sarapan, menyediakan baju kerja dan seragam anak sekolah. Juga disibukkan dengan kegiatan mengajar les di waktu sore dan malam hari--terkadang siang juga ada yang datang--dan kegiatan rutin saya--sekaligus pekerjaan--yang tak bisa digantikan yakni menulis. Tentu saja diisi pula dengan 'kegiatan wajib' yang bersifat dinamis yakni ibadah.
Berikut saya sertakan jadwal harian saya sebagai pembanding, kurang lebih sama dengan kegiatan ibu-ibu lain ya.
Dari kegiatan yang kita jalani sehari-hari yang sebenarnya itu-itu aja kita bisa mengelompokkannya menjadi kegiatan yang paling penting untuk diutamakan daripada yang lainnya, bukan begitu. Mari belajar menentukan prioritas. Tentukan yang mana yang paling penting dan mendesak untuk dilaksanakan dan tak bisa digeser waktunya (kandang waktu tetap). Maka itulah yang harus dikerjakan lebih dulu. Selebihnya waktu kita bisa isi dengan kegiatan dinamis yang lebih bermakna.
Dari jadwal keseharian saya, tiga kegiatan terpenting setiap hari adalah :
A. Ibadah
B. Membersamai anak dan suami
C. Menulis
Alhamdulillaah, ketiga kegiatan itu sudah menyita waktu terbanyak saya dalam keseharian. Nah, cermati kembali apakah banyak waktu terbuang sia-sia untuk kegiatan yang tidak penting? Jika itu terjadi maka waktu kita belum sepenuhnya memberi makna. Astaghfirullaah...
A. Ibadah
Ibadah adalah kegiatan utama yang paling penting bagi kami sekeluarga. Waktunya tidak bisa digeser ke mana-mana. Kandang waktunya tetap. Dan kami harus komit akan hal itu. Para lelaki harus salat jamaah di mushola belakang. Yang perempuan harus jamaah di rumah. Setelah itu tilawah bareng dan murajaah diikuti kultum yang terjadwal untuk melatih anak bisa bicara di depan umum.
Di sini saya menambahkan mengajar les sebagai kegiatan ibadah dan waktunya juga jelas sore dan malam hari. Tidak boleh digeser dan digantikan dengan kegitan lain. Tetapi dia bisa menggeser kegiatan lain. Maksudnya jika ada anak yang datang pada siang hari, maka saya akan melayaninya. Tidak boleh menolaknya karena bagi saya mengajarkan ilmu dan mengamalkannya adalah bagian ibadah saya.
B. Membersamai anak dan suami
Ini juga kegiatan penting bagi kami. Meski waktunya sedikit tapi harus berkualitas. Quality time itu lebih penting dari Quantity time. Pagi dan malam hari adalah waktu kami bersama. Saat sarapan dan makan malam kami gunakan untuk berbagi kisah keseharian, menanyakan kabar sekolah dan pekerjaan dan bertanya apakah ada masalah yang dialami atau tidak. Selanjutnya sebisa mungkin menyelesaikannya saat itu juga. Family time sabtu malam dan Ahad juga adalah kandang waktu tapi ini bersifat fleksibel karena suka ada kegiatan mendadak yang kami tidak tahu apa.
C. Menulis
Menulis adalah pekerjaan buat saya. Saya menetapkan waktu tersendiri untuk ini. Dan 'memaksa' diri untuk menghasilkan tulisan di waktu berjalan. Jika tidak menghasilkan apa-apa maka saya merugi karena mesti ditanamkan paham 'harus menghasilkan.' Jam menulis saya gunakan untuk menuliskan ide dan kembangannya yang sudah saya simpan sebelumnya. Mengendapkannya beberapa saat, bisa esok dikirim atau hari berikutnya. Selama itu harus menulis yang lain--bisa diblog, tugas nhw, atau materi ekskul--atau membaca buku untuk menggali ide yang lain. Begitu seterusnya.
Semoga tiga kegiatan yang saya anggap penting ini memberikan makna yang lebih bagi saya sebagai manajer rumah tangga.
Lantas apa saja kegiatan yang tak begitu penting?
Kalo saya ini :
1. Cek gadget
2. Memasak dan menonton
3. Interaksi dengan Tetangga
Tiga kegiatan tersebut penting tidak penting bagi saya. Karenanya kegiatan tersebut saya selipkan di antara jadwal yang penting sehingga bisa digeser waktunya atau tidak dilaksanakan sama sekali jika kegiatan utama belum selesai. Usahakan melakukan ketiga kegiatan itu menjadi lebih bermakna, how? Ubah tujuannya. That's it!!
1. Cek gadget, jangan sampai terlena karena kelamaan berselancar ga jelas. Ubah tujuan kita untuk apa pegang gadget? Saya, untuk cek dan jawab email, ngirim naskah, nyari ide dan referensi tulisan lewat baca berita yang beredar (yang bermanfaat ya beritanya). Sesekali cek akun sosmed dan JAWAB SEPERLUNYA jangan berlama-lama.
2. Memasak dan menonton
Ini diawali dari menanti tukang sayur di luar, jangan keluar dulu sebelum tukang sayurnya manggil #sokmanja... Tapi ini berguna untuk mengurangi rumpi yang tak perlu dengan sesama ibu saat belanja sayuran.
Memasak makanan yang terkadang butuh waktu lama, saya memilih untuk membeli lauk matang saja, waktunya bisa digunakan untuk menulis atau membaca buku. Hihihi... Saya hanya memasak makanan yang ringan saja dan tidak butuh waktu lama pengerjaannya. Seperti menumis dan menggoreng. Untuk lauk berat saya membeli 😂😂
Menonton. Kegiatan ini sangat jarang saya lakukan di rumah, terlebih kami sudah tidak mengaktifkan televisi lagi, karena tidak ada yang hobi menonton televisi 😅 untuk menonton kami alokasikan waktu khusus, bisa dua minggu sekali atau sebulan sekali kami sekeluarga nonton bioskop. Sekalian me time kan jadinya #emakgamaurugi
3. Interaksi dengan Tetangga
Bagi saya ini kegiatan yang tak bisa dihindari sebenarnya. Karena tetangga tanpa saya datangi mereka yang akan datang curhat padahal saya bukan mamah dedeh 😑😑
Untuk menjadikan kegiatan ini lebih bermakna dari hanya sekedar ngerumpi ga jelas saya berusaha menyisipkannya dengan sesuatu. Misalnya, saya sengaja sedang membuat kue di dapur saat jam jam biasanya ada yang datang... biasanya ibu-ibu akan mendatangi saya pagi dan sore hari. Saya libatkan mereka dalam membuat kue, sambil curhat sambil ngerjain orderan. Saya dapat ide tulisan parenting atau motivasi mereka tercerahkan dengan solusi yang saya berikan. Dan yang terpenting orderan kue saya lancar. Mereka pun senang karena pulangnya bisa bawa brownies gratisan dan masalah terpecahkan.😅😅
Begitulah kegiatan keseharian saya. Selain jadwal tetap yang itu-itu saja, terkadang saya juga ada undangan meet up sesama penulis, mengikuti workshop public speaking dan parenting juga me time dengan kawan satu genk. Ini waktunya biasa pagi hari jam 10.00-14.00 jadi disesuaikan kembali dengan waktu fleksibel di atasnya. Untuk mengajar ekskul jurnalistik di beberapa sekolah saya letakkan di hari sabtu dari pagi hingga sore. Karena di sekolahnya pun menyediakan waktu pada hari itu untuk kegiatan ekskul. Ini tidak menggangu aktifitas saya lainnya, dan anak-anak pun sudah libur sekolah.
Sabtu malam dan Ahad bisa digunakan untuk family time dan mengikuti kajian agama. Bisa juga untuk couple time 😍😍
Nah, bunda... sudahkah rutinitasmu lebih bermakna? #jlebb
Keren mb...
BalasHapus