Ketika Ujian Datang Menyapa

Ujian, Sudut Pandang dan Semangat Baru
Zya Verani

Siapa yang tak pernah tertimpa ujian? Kayaknya tidak ada, ya. Setiap kita pasti pernah mengalami atau sedang mengalaminya saat ini. 'Ditemani' ujian yang mendera sepanjang waktu. Menyita perhatian dan memilukan rasa yang mungkin tertinggal entah di mana. #eh, berasa lagi nyanyi ST 12 ya 

Ada yang dengan gampang melewatinya, ada pula yang tertatih menapakinya. Yang pasti kita semua akan meninggalkan jejaknya di satu sisi kehidupan. Jejak bahwa kita pernah mendapat ujian seperti ini... Tak bisa tidak, pasti akan selalu ada dalam ingatan. Apalagi jika ujiannya yang melenakan... astaghfirullaah.

Setelah badai ujian itu berlalu, kita belajar satu hal bahwa apa pun ujian yang menimpa, entah itu berupa kehilangan dan luka sepahit apa pun, bahkan ketika kita kehilangan semuanya. Selalu ada pelajaran dan hikmah di baliknya. Kita akan menyadarj bahwa sesungguhnya tidak ada yang berat, tidak ada keperihan dan tidak ada yang salah dengan itu semua. Semua ternyata baik-baik saja dan akhirnya kembali seperti semula seakan tidak terjadi apa-apa. Berjalan seperti biasanya tak ada yang berubah. Kok, bisa?  

Tentu saja bisa. Semua tergantung dari sikap dan cara kita menghadapinya. Iya, semua tergantung pada sudut pandang kita melihat ujian itu. Ubah sudut pandang mulai dari sekarang dan berlakulah sebaliknya. Cobalah. Geser saja sedikit hati kita dari merasa dikorbankan menjadi diberi hadiah. Waaaah... Bagaimana, bisa, atau masih bingung? 

Ok, let we see... 

~ Kehilangan

Kita diuji dengan kehilangan yang dalam akan sesuatu, kehilangan seseorang, kehilangan waktu yang sangat berharga. Kehilangan apa pun itu...
Mari ubah cara pandang kita menghadapinya. Pandang ujian kehilangan ini sebagai cara Allah mengganti dengan yang jauh lebih baik. Niscaya kita tidak akan berlarut dalam kesedihan. Berat? Enggak kok, jangan apa-apa yang berat disuruh Dilan yang menanggungnya, dia juga belum tentu kuat #upss.
Setiap ujian memang berat tapi ketika kita mengubah mindset kita, bahwa Allah ternyata begitu sayang pada kita, Ia mengambilnya namun juga menggantinya dengan yang jauh lebih baik. Kita akan jadi jauh lebih tangguh dari sebelumnya. Percayalah. 

~ Sakit

Jangan memandangnya sebagai ujian terburuk, menurut kita karena sakit kita tidak bisa kemana-mana, aktifitas berkurang, tidak bisa gabung sama genk apalagi tidak bisa kongkow-kongkow di tempat biasa. Mari ubah cara pandangnya. Anggap bahwa ujian sakit ini sebagai cara Allah menggugurkan dosa-dosa kita yang sudah bejibun banyaknya itu. Dengan sakit, Allah sesungguhnya membatasi aktifitas kita yang sebenarnya kebanyakan tidak penting, membuang banyak waktu, dsb. Dengan sakit Allah 'mengembalikan' kita ke rumah lagi. Kembali membersamai keluarga, kembali merajut ukhuwah dengan tetangga, kembali bertanya kabar sesama sahabat dan kawan. Mereka tiba-tiba berkumpul di rumah saat menjenguk kita. Tidakkah itu satu nikmat yang sangat berharga? 

~ Dihina

Pasti pernah kan merasa menjadi orang yang paling dihina, dikucilkan, merasa tidak dihargai, tidak dianggap ada, hinadina-lah pokoknya. Orang lain menghina biasanya karena kekurangan kita, ketidakcakapan kita akan sesuatu, ketidakmampuan kita mengerjakan satu dan beberapa hal sekaligus. Atau karena merasa mereka jauh di atas kita.
Biarkan saja, let it be... cuekin waelah. Tidak usah terlalu banyak dipikirkan, toh orang yang menghina tidak memikirkan nasib kita selanjutnya, kan. Ubah cara pandang kita menghadapinya. Pandang ujian ini sebagai cara Allah memberi tahu letak ketidaksempurnaan kita. Sehingga dengannya kita tahu masih ada yang kurang dalam diri kita dan kita bisa memperbaiki diri, berusaha menjadi lebih baik lagi. Menjadi pribadi yang cakap dalam segala hal dan layak diperhitungkan.  

~ Ditipu

Pernah merasa ditipu? Misalnya order barang melalui olshop, sudah transfer uang beberapa hari yang lalu tapi ternyata barang yang diorder tak kunjung datang. Jangan berkecil hati apalagi ngedumel tidak jelas dari pagi sampai pagi lagi. Tarik napas dan mulai berpikir jernih. Ada apa ini, ubah cara pandangnya. Anggap saja ini adalah transfer rezeki dan pahala gratis untuk kita dari si penipu. Bukankah itu malah lebih baik, jika kita ikhlas maka pahala akan mengalir ke kita tanpa kita perlu beribadah banyak. Transfer rejeki dan pahala gratis tanpa perlu ibadah lama-lama.

~ Dibohongi

Betapa sering kita merasa dibohongi. Sudah kadung percaya pada orang lain, teman dekat bahkan sahabat. Kita mempercayainya luar dalam, menceritakan tentang diri kita padanya tanpa ada rahasia. Tapi ternyata... dia hanya membohongi kita, berpura-pura baik, berpura-pura miskin agar kita simpati padanya. Setelah menguras habis uang kita dia lantas pergi begitu saja tanpa jejak. Duhhh, rasanya pengin garuk mukanya pake sekop, kan.
Kebencian kita membumbung tinggi padanya. Ngedumel terus dari pagi hingga pagi lagi karena kita merasa tertipu mentah-mentah. Bahkan mungkin menangis sesungukan karena tidak menyangka kok bisa ya dia setega itu pada kita. Hiksss... jadi melow beneran.
Tapi... Tidakkah kita merasa itu sia-sia. Untuk apa menangisi yang sudah terjadi, tah ia tidak akan kembali. Ia kembali pun kita tak akan sudi melihatnya lagi.
Karenanya ubahlah sudut pandang kita, mulailah menerima apa adanya dia, Allah menunjukkan siapa sebenarnya dia sebelum kita terperosok lebih jauh lagi. Itu intinya. Allah masih sayang kita, makanya kita diingatkan. Bukannya menghujatNya, kenapa ini bisa terjadi pada saya, kenapa cuma saya yang diberi ujian seberat ini? Duhhh, semua orang diuji kellesss tapi ga ada yang selebay lo #upss.

~ masih banyak lagi sebenarnya contohnya. Seperti ditinggalkan pasangan, yakinkan pada diri sendiri bahwa bukan kita yang rugi ditinggalkan tapi dia yang merugi karena meninggalkan makhluk sekeren kita ini. Intinya life must go on ndak usah dipikirin dalem-dalem amat. Yakin Allah akan memberikan jodoh di waktu yang tepat dan pasti lebih baik dari yang pergi. #tsahhh

Nah, mengubah sudut pandang ini berarti membuat luka yang dalam itu berubah menjadi rasa syukur yang tak terhingga. Ma Qaadarallaahu bi khoir.. bukankah takdir Allah adalah yang paling baik? adakan takdir yang lebih baik dari takdir Allah? Lagipula semua masalah yang kita alami bukan hal baru kok, ada milyaran orang yang juga pernah mengalaminya. Jika mereka bisa mengubah cara pandangnya dan bangkit dari keterpurukan, kenapa kita tidak?

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya," (QS. Al Baqarah, 2:286)

Mulai hari ini, mari kita tumbuhkan semangat baru menghadapi hari-hari ke depannya. Sudut pandang yang baru, dan penerimaan yang baru pula akan semua hal meski hal-hal yang berdatangan sesungguhnya bukan hal baru. Semoga di hari-hari mendatang kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin.

*untuk semua yang sedang diuji, bersabarlah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran

Day 14 Al-Qur'an Journaling ~ Qs. Al Isra:7 ~ Senantiasa Berbuat Baik