Terima Kasih Luka

Terima Kasih Luka
Kau pun Layak Menjadi Pemenang

Jika kita tidak pernah ditinggalkan, tak pernah direndahkan, tak pernah dihina, tak pernah dianggap tiada, tak pernah dibohongi, tak pernah diempas, tak pernah ditipu, tak pernah merasa kesepian dalam keramaian, tak pernah dijanjikan lalu diingkari oleh mereka orang-orang yang kita sayangi.

Tak pernah kecewa, tak pernah sakit hati, tak pernah dikhianati, tak pernah dicuekin,
Tak pernah dililit utang, tak pernah menganggur karena tak tahu harus kerja apa, tak pernah kehilangan arah, tak pernah ditolak karena masa lalu, tak pernah dicaci dan dilempar tumpukan kertas hasil tulisanmu sendiri yang kau buat sehari semalam, tak pernah disebut tulisanmu tulisan sampah, tak pernah hasil editanmu setebal 500 halaman tak dianggap... *kok tiga terakhir aku banget ya 😞

Jika kita tak pernah terluka hati, tak pernah merasa remuk redam, lalu dari mana kita bisa belajar kuat, dari mana kita belajar bertahan, belajar menerima, belajar sabar dan ikhlas?

Dari mana kita tahu kalau kita butuh tempat bersandar? Dari mana kita mendapat ampunan atas kesabaran dan keikhlasan, dari mana level takwa bisa kita dapatkan?
Dan bagaimana cara Allah mengampuni kita, bagaimana kita belajar bersandar hanya kepadaNya bukan menggantungkan harapan pada selainnya?

Tahukah kita semua musibah, kesusahan, kesengsaraan dan keburukan yang kita alami sebenarnya adalah ujian dari Allah untuk menakar sejauh mana keimanan kita?
Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman dalam ayat berikut :

{ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ } [العنكبوت:2، 3]

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi?” “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [QS. Al ‘Ankabut: 2-3]"

Astaghfirullah...
Tarik napas dalam-dalam, embuskan pelan-pelan. Saatnya kita merenung, menyimak apa yang sebenarnya terjadi. Apakah hanya di saat terluka kita butuh sabar dan istighfar? Tidak. Kita butuh keduanya saat kita bahagia dan terluka, kenapa? Karena ketika kita mengingat Allah saat bahagia, Allah akan mengingat kita saat terluka.

Hidup ini seperti mengayuh biduk di tengah samudera luas. Selamanya akan naik turun dilamun gelombang, terbawa ombak dan ditampar badai, terombang ambing dalam arah yang tak jelas.
Pernahkah menonton film *Moana*? Nah, adegannya persis seperti Moana yang sendirian di tengah lautan--berdua ding dengan Maui--terombang ambing diempas badai diterjang ombak, tak tahu arah angin plus di tengah jalan dicegat Teka--iblis merah yang paling jahat sejagat lautan. Tapi dia tidak protes dan marah-marah pada lautan, tidak kesal dengan angin apalagi sampai menghujat badai. Dengan semua halangan ia bangkit menghadapi segala masalah yang menghadangnya dan akhirnya sampai ke tujuannya bertemu dengan Tefiti sang ratu pencipta daratan.

Ya, kita juga tidak boleh merengek pada lautan yang menjebak kita, memelas pada angin untuk berhenti menghempas. Yakinlah jika kita pandai berselancar, mahir dalam mengayuh, mempunyai pengetahuan tentang arah angin yang memadai, badai sehebat apa pun akan tetap membuat kita muncul lagi dan lagi ke permukaan dengan elegant.

Cara terbaik untuk membalas luka adalah membuat yang melukai tertampar oleh perubahan hidup kita yang lebih baik, lebih takwa, lebih kuat, lebih dicintai Allah. Buat ia menyesal karena telah meninggalkan kita, buat ia berhenti melangkah karena telah mencampakkan kita.

Serahkan semua urusan hanya pada Allah. karena hanya Dia yang tahu apa yang tebaik untuk hambaNya. Selalu berprasangka baik kepadaNya. Yakinlah, dibalik kesusahan ada kemudahan. Dan Allah tak pernah membebani kita di luar kemauan yang kita punya.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” [QS. Al-Insyirah: 5-6]

لاَ يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا‌...

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." [ QS. Al Baqarah : 2:286]

Terima kasih luka... karenamu aku menjadi kuat. Alhamdulillah ala kulli hal.

***[Zya, yang selalu berusaha bangkit dari keterpurukan]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran