Kurban Tanda Cinta
Kurbanmu Wujud Jedamu
Terkadang kita memang harus berhenti sejenak dari berbagai hal yang kita perjuangkan, bukan karena putus asa, bukan karena tak punya nyali untuk berjuang lagi. Tapi karena ada sesuatu yang tak mungkin kita dapatkan sekeras apa pun kita berusaha.
Dan ternyata kita baru tersadar apa yang kita usahakan itu bukan untuk kita. Fiuhh...
Kita dituntut untuk melepaskannya. Sejatinya itu bukan untuk kita. Bukan untuk kita. Kita pun tahu itu tidak baik, kenapa masih dipertahankan? Tak mudah memang melepaskan yang kita usahakan. Di sinilah kita butuh menyendiri sejenak menengok ke belakang apa yang sebenarnya kita inginkan. Memperturutkan hawa nafsu, sekedar bersenang-senang atau... Mendapatkan hiburan dan menyingkir sejenak dari rutinitas yang menjemukan. Apa sihhh?
Lantas apakah kita sudah merasa bahagia? Mungkin iya, tapi hanya sesaat. Semua butuh pengorbanan. Apa pun. Sejatinya membutuhkan keikhlasan melepas apa yang bukan seharusnya. Inilah pengorbanan yang sesungguhnya. Ketika kita melepaskan apa yang paling kita cintai di situlah level keikhlasan yang paling tinggi.
Ketika Allah telah memberikan sinyalnya bahwa apa yang kita lakukan adalah salah... Sesungguhnya kita butuh jeda sejenak. Rehat, istirahat, menengok ke belakang, berkurban secara nyata.
Kurban adalah wujud jeda kita yang sesungguhnya. Saat jeda, apa yang kita lakukan? Me-rewind apa saja yang terjadi, memahami, menganalisa dan akhirnya beristighfar atas laku yang salah. Bukan menyesali kenapa malah jeda bukan terus. Astaghfirullaah...
Jika kita belum mampu berkurban. Maka mari sembelihlah sifat sombong dalam diri kita. Mengakui hanya Allah saja yang menentukan takdir baik dan buruk, sehingga kita tak lagi sombong mengatakan semua akan baik-baik saja. Bukankah yang baik menurut kita belum tentu baik menurutNya? Begitu pun sebaliknya.
Jika kita belum mampu melempar Jumroh 'Aqobah, maka mari lemparlah sifat kebencian dan egoisme dalam hati kita. Merasa paling baik, paling santun tapi ternyata... Selain kita, Allahlah yang tahu apa yang tersembunyi dalam tiap hati kita.
Hakikat kurban yang sesungguhnya adalah meletakkan cinta pada Allah sebagai Khaliq di atas cinta terhadap makhluk-makhlukNya, dan segala apa pun yang ada di dunia ini. Sanggupkah kita? Bismillaah.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (Q.S. al-Kautsar: 2)
Kita sejatinya harus belajar dari kesalihan Ibrahim yang tanpa babibu langsung menerima perintahNya untuk mengurbankan orang yang dicintainya, Ismail. Begitu juga dengan keikhlasan Ismail yang menerima tanpa syarat apa yang menjadi kewajiban ayahnya. Yakni, mengurbankan dirinya.
Saat ini adalah momen yang tepat untuk merefleksikan diri atas semua salah kita. Kurban adalah tindakan nyatanya. Semoga dengan berkurban Allah menerima taubat kita.
@zyaverani,21082018
Komentar
Posting Komentar