Baik Baik di Sana Sayang

Baik Baik di Sana Sayang

Bismillaah... 
Maafkan untuk teman-teman yang mungkin masih bertanya-tanya tentang kepergian my baby yang tak disangka-sangka. Yupp, saya pun terkaget-kaget apalagi teman-teman, ya. 
Sakit apa? 
kenapa?
kok bisa? 
Bukannya sehat-sehat aja, mbul, ndut lagi? 
Bla bla bla...
Sebenarnya saya malas untuk menjelaskannya. Terus terang itu sama saja membuka luka hati saya lagi yang hingga saat ini pun saya tak tahu kapan mengeringnya. Saya lebih memilih membawa serta luka ini daripada saya harus melupakannya. Hikss... 
Hari itu, 24 November 2019 bada zuhur saya sedang mengaji sambil membersamainya bermain. Ia begitu lincah mengeksplor sekitar saya, bermain kipas angin, menggapai2 mainan di dekatnya dan memutar posisi ke sana kemari. Abinya tertidur di kamar, si sulung di ruang depan mungkin juga tertidur, si kembar pun tidur siang di kamarnya. Tinggal saya dan my baby di ruang tengah. 
Beberapa menit mengaji saya melihatnya masih asik bermain. Saya fokus ke bacaan... hikss, saya menuliskan ini sambil terisak. Tapi harus saya tuntaskan, bukankah teman-teman menanti faktanya? Saya mohon setelah ini jangan paksa saya lagi untuk mengurai ulang kronologinya.  
Tak beberapa lama saya lihat my baby menghampiri saya, ia diam di samping saya. Saya meliriknya sesaat, mungkin ia ingin menemani saya mengaji. Tapi saya perhatikan ada yang lain dengannya.  
Ya Allah, saya lihat mulutnya membiru, lidahnya pun demikian, matanya melebar, sedikit juling ke atas. Astaghfirullah... apa yang terjadi pada baby mungil saya 
Saya panik dan berteriak membangunkan abi dan kakak-kakaknya. Mereka serentak bangun. Abinya bingung, si sulung panik, dan si kembar telah menangis tersedu melihat adik manisnya sesak napas. Saya segera menggendong dalam dekapan. Saya dan abinya segera melarikannya ke rumah sakit terdekat yakni Hermina grand wisata.  Allaahurabbi, lindungi baby saya... tak henti saya berdzikir. 
Sampai di sana, qadarullaah ia sudah tak tertolong  Saya sempat merasakan tarikan napas terakhirnya saat di perjalanan. Kala itu lampu merah memaksa kami untuk berhenti. Dan saya merasakan tatapannya berpamitan. 
Saya tergugu, paksu pun demikian. Saat dokter mengatakan jantungnya hanya tinggal 1% dan menawarkan dikejut saya tak sanggup berkata apa-apa hingha perawat sudah datang mengabarkan kepergiannya.  
Saya menangis dalam pelukan paksu, awalnya tak kuat melihat baby kesayangan saya dengan tangan dan kaki yg sudah terikat  Tapi saya mendekatinya, mengusap wajah putih bersihnya yang tersenyum manis sekali. Ia seakan berkata pada saya, jangan sedih umi... 
Tak lama ibu dan saudara-saudara saya berdatangan mereka tak percaya my baby sudah tak ada. Tangisan pun pecah membahana, saya juga melihat si sulung yang menangis di atas kepala adiknya. Ia sangat terpukul. Ia yang sangat menyayangi adik bungsunya sedemikian hingga. Ia yang mendonlot begitu banyak lagu anak-anak dan seri nussa rara untuk menghibur adiknya saat saya membereskan rumah. 

Hikss... selanjutnya pasti sudah bisa terbayang apa yang terjadi kan manteman. Saya mohon setelah ini jangan ada lagi yang mempertanyakan tentangnya lagi. 
Saya juga ingin beraktivitas normal kembali, tapi untuk saat ini ijinkan saya menikmati waktu kesendirian ini. Doakan saya, kami kuat. 
Terakhir, mohon sampaikan Alfatihah untuknya, shalihah kesayangan kami.  
3 Desember 2019, pukul 20:47
Umi yang masih saja menangis tersedu saat mengingatmu, nak

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran