Kunci Ibu Bahagia

Kunci Ibu Bahagia 

Kunci sukses untuk jadi seorang Ibu yang bahagia itu adalah IKHLAS. Iya, ikhlas... bukan mengeluh. Seringkali kita dapati curhatan dari banyak orang termasuk di antaranya tetangga samping kanan, kiri, teman, bahkan saudara yang mengeluh dengan keadaannya sebagai seorang Ibu. Hei kakak, mpok, cing, maemak semuanya... kalo sepanjang hari ngeluh melulu mending ngundurin diri aja deh jadi Ibu #jeddeeerrr.  

Yakin bisa mundur? Enggak mungkin juga kaaan, makanya yang perlu kita ubah itu sikap kita, bukan keadaannya. Mau bagaimanapun, diapain juga kondisi kita tetap akan begitu. Capek, riweuh, banyak kerjaan, ngurus ini itu, belum mandi, ga sempat makan... ya wayahna atuh, namanya juga Ibu, bukan selebgram 😂😂😂

Eeit... stop dulu sampai di sini! Jangan protes dulu. "Halahhh ga ngerasain sih gimana-gimananya." Die protes juga kan tuh, namanya juga emak-emak, ye. Sok atuh dah protes. 

Udah protesnya? 

Hei, Esmeiralda, hai Markonah, halo Esih Sukesih...  emang waktu my baby masih ada saya ga ribet gituh, santai gituh, cantik terus gituh? 😬😁 samaaaa, semua Ibu yang punya anak kecil, baby apalagi... pasti keluhannya sama, waktu untuk perawatan dan me time hampir ga pernah ada. Udah gitu ga ada art pula, sempurna dah tuh 'penderitaan' 😑 

Ya kan... ya kaaaan? 

Iyess... saya pun mengalaminya. Toast dulu lah kita. 🙌 🙌

1. Ubah mind set 

Now, ubah mind set-nya yuk... kini saatnya Ibu merasakan semua itu bukan beban, nikmati apa yang ada sebagai anugerah. Senyumin aja dulu terus ikhlas menjalaninya. Karena jika nanti nikmat itu Allah ambil kembali, dirimu pasti ga akan rela, betul? Iyess, diriku telah merasakan, baru aja ngalamin. Silakan protes, dan hakimi saya, saya ikhlas. 

2. Sabaaaaar, sabar lagi, sabar terus

Kok ga sedih? Tentu saja saya sedih sampe sekarang pun masih sedih, siapa yang mau kehilangan buah hatinya, tentu tidak ada. Proses menerima keadaan itu butuh waktu. Pun dengan saya, tapi seiring waktu berjalan saya IKHLAS dan SABAR menerima ketetapan Allah. Siapalah saya yang kepedean memesan takdir, menghujat Allah akan takdir yang tak sanggup saya hadapi. 

"Saya bosan sabar terus, saya capek, sabar itu ada batasnya..." 

Sssttt... jangan ngomong begitu, itu akan bikin dirimu tambah senewen dan stres. Sabar itu tak ada batasnya, Marimar. 😁 Sabar itu dari awal hingga akhir, hingga kita ikhlas menikmati ujian ini. Rumusnya, nikmati dan engkau akan bahagia. 

3. Hadirkan afirmasi positif 

Kemarin-kemarin iya saya kecewa, sedih berkepanjangan, mempertanyakan kenapa ini terjadi pada saya blablabla...  

Tapi banyak teman dan saudara serta 'teman sehidup seperjuangan' juga anak-anak yang mensupport saya untuk kuat. Bahwa Allah menguji saya sesuai dengan kesanggupan saya. Saya yakinkan diri bahwa saya mampu melewatinya. Tidak mengeluh dan berpikir yang jelek-jelek. Allah sayang kami semua dan menginginkan kami sekeluarga untuk naik kelas, maka diujilah kami dengan ujian ini. Begitulah afirmasi positif yang tiap detik kami hadirkan dan saya resapi. Dan inilah saya sekarang, seorang Ibu bahagia yang ikhlas menjalani takdirNya. Ya, ikhlas tak ada lagi keluhan, insyaAllah. 

4. Jangan melulu melihat orang lain enak hidupnya

"Saya ga bisa begini terus, saya mau seperti dia yang selalu senang hidupnya. Anaknya ga pernah rewel, suaminya perhatian, tetangganya baik hati, mertuanya sayang."

Ibu, itu yang Ibu lihat dari luar. Kita tidak tahu kehidupan sebenarnya seperti apa, kan? Kita tidak tahu ternyata ia siang malam berdoa untuk anaknya yang sakit lumpuh layu. Anaknya diam, anteng, tidak rewel karena ternyata anaknya sedang sakit. Suaminya perhatian, tetangganya baik dan mertua sangat sayang karena mungkin si ibu pun menderita sakit parah yang butuh support dari semua pihak. 

Jangan memakaikan sepatu sendiri di kaki orang lain, dan jangan pula memakai sandal orang lain di kaki kita. Tidak akan pas. Begitu juga kehidupan. Jangan melihat dan menyamaratakan standar hidup kita dengan orang lain, tidak akan pernah sama. 

Mantemans, kalian mau tukeran takdir dengan saya? 

Tentu tidak bukan?

So, jalani peranmu sekarang dengan penuh keikhlasan, jangan banyak mengeluh dan nikmati prosesnya. Membersamai buah hati itu tidak akan terulang tiap bagiannya. Ga sempat mandi, makan terburu-buru ga pernah santai, ngapa-ngapain selalu tergesa-gesa... dan blablabla lainnya yang sangat merepotkan. Yakinlah itu adalah bagian dari kebahagiaan menjadi Ibu. Karena momen seperti itu tidak akan terulang lagi nanti. Dan kalian pasti akan merindukannya jika buah hati sudah besar. Apalagi saya yang baru saja kehilangan, teramat sangat ingin mengulang tiap momen kebersamaan, tapi qadarullaah... 

4. Kerjasama dengan pasangan 

Tapi kan dalam mengurus anak itu harus berpartner dengan suami? tentu saja, itu betul. Tapi peranan terpenting tetap ada pada diri Ibu. Ingat, Ibu adalah madrasah pertama anaknya. Ayah adalah pendamping. Memastikan semua terkontrol dengan baik dan me-review apa yang kurang lantas saling bersinergi mengisinya dengan membersamai anak-anak di waktu luang yang ada. Jika ibunya selalu saja mengeluh ini dan itu, lalu bagaimana bisa menularkan semangat kebahagiaan ke anaknya? yang ada anak akan rewel dan menangis tak jemu-jemu. Baby itu tau loh kalo suasana hati ibunya lagi ga enak, maka ia pun akan protes dengan kerewelannya. Ibu, cerialah, tersenyumlah di depan anakmu. Jangan hadirkan wajah yang lusuh dan tidak bersemangat di depannya, ia bisa merasakannya.

5. Buka komunikasi dengan baik pada siapa pun.

Jangan pernah berharap orang lain akan tahu apa yang kita rasakan jika kita diam saja. Speak up beb!  Bicaralah lantang dan jangan dipendam. Sampaikan kesulitanmu pada pasanganmu, minta ia untuk membantu dan bekerjasama. Sesekali bolehlah ke tetangga dan mohon bantuan bila anak masih rewel padahal sudah jam 12 tapi belum mandi pagi 😁 Curhatlah pada ibumu dan mertua soal bagaimana seharusnya mendidik anak dengan baik. Serap ilmu mereka. Bicaralah dari hati ke hati dengannya, mintalah bantuannya tapi bukan untuk membebani. 

6. Hindari nyetatus yang ga perlu di medsos 

Membuat status panjang lebar sambil ngedumel di medsos itu sungguh bukan solusi untuk masalahmu, Esmeiralda. Iya kalo yang kita tuju paham, kalo ga? Ternyata dia ga baca. Rugi dong udah capek nulis ga tahunya ga kena sasaran 😕 percayalah lebih banyak yang nyukurin daripada yang simpati dengan curhatmu. Mereka tidak memberi solusi tapi malah menambah masalah.

Nah, coba ditengok lagi statusmu hari ini, Markonah... 

Saya menulis sepanjang ini pun belum tentu sampe ke hati para Ibu yang bermasalah, kan? Jadi jangan terlalu sering nyetatus yang ga perlu. Stop! Fokus saja pada anakmu. Temani, urus dia dengan tanganmu sendiri karena bonding yang kuat akan tercipta jika kita selalu gembira membersamai buah hati dengan keikhlasan yang paripurna. Kunjungan kakek nenek sifatnya hanya bantuan bukan jadi pengharapan atau malah ngandelin. Karena yang nanti dimintai pertanggungjawaban soal anak di akhirat ya dirimu dan ayahnya bukan mereka. 

Untuk para Ibu yang berada di titik nadhir kebosanan, capek dan tak tahu mesti bagaimana lagi menghadapi ujian hidup...  Ikhlas dan sabar adalah kunci utama. Tidak ada yang lain. 

Sebuah kutiap mengatakan...

Ditanya kepada Kebahagiaan, "di mana engkau berada?" Kebahagiaan menjawab, "di hati orang yang ridho menerima ketetapan Allah." 

Ikhlas, ridho akan takdir yang Allah tetapkan untuk kita. Itu saja. Kau akan bahagia dan keberkahan akan mengikutimu. 

Memang saya hanya bisa bercuap-cuap saja, tapi setidaknya saya pernah berada di satu fase yang sama dengan kalian. Sekali lagi, kalian tentu tidak mau bertukar takdir dengan saya, kan? So, nikmati hidup kalian yang sekarang, manfaatkan waktu bersama buah hati dengan sebaik-baiknya, bersyukur dan berbahagialah.

Selamat Hari Ibu untuk para Ibu di mana pun berada. Semoga selalu bahagia,  sayang.
Kan belum tanggal 22? Iya, sengaja. Besok saya mudik, takut nanti di sana sinyal ngadat dan saya ga bisa update blog.
Untuk Ibu, semua hari adalah Hari Ibu,  berbahagialah selalu dan insyaAllah keberkahan membersamainmu Ibu.
Always happy mom...

Zya Verani 

Ig: @mommyshaki_ 

Komentar

  1. Terima dan jalani! 2 kata yg sedang aku perjuangkan, karena dalam prosesnya seringkali terlupa, seringkali khilaf dan errorπŸ™ˆ.

    Terima kasih kakak zy, tulisan ini benar2 sentilan buat aku, seolah membangunkanku dari tidur yang berkepanjangan.

    Aku sedang tidak apa-apa, begitu banyak ombak tinggi menerjang hingga anak2 akhirnya ikut basah, karena aku sering terbawa ombak. Hingga mereka pun tenggelam dilautan emosi, padahal ku pernah merasakan terpisah dan kehilangan.

    Makasih cikguuu, udah dibolehin baca tulisannya, sekalian belajar menulis yg baik, hehehehe

    Semangat cikgu, dinanti lagi ya tulisan inspiratif lainnya, tiinggg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kakak Fris, terima kasih sudah mau mampir...
      Alhamdulillaah jika tulisan yang alakadarnya ini mampu menginspirasi kak Fris.
      Tiap oranf memang diuji dengan hal yang berbeda-beda, ya. Tujuannya tak lain agar kita naik kelas.

      Iyess, kunci itu, 'Terima dan Jalani'karena menolak pun tak akan bisa kan.

      Semangaaaaat kakak. 😘😘😘

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran