Let's Go... Explor the Village 1
Panen Cabai Rawit
zya verani
Setelah kemarin menyusuri jalan setapak desa hingga akhirnya sampai ke pasar. Pagi ini kami memutuskan untuk ke ladang. Melihat tanaman apa saja yang bisa dipetik di sana. Karena kata si mbah, sudah beberapa minggu ladang tidak ditengok.
Medan menuju ladang si mbah tidaklah mudah gaes... Seperti yang pernah kami lakukan beberapa tahun silam, kami harus melewati jalan yang naik turun dan melintasi hutan kopi. Belum lagi beberapa jembatan kayu yang cukup membuat anak-anak sedikit ketakutan.
Jam tujuh pagi, umi sudah mulai memasak di dapur untuk bekal ke ladang nanti. Tempe bacem, balado terong, sambal terasi dan goreng teri + jengki menjadi menu andalan. Yapp, menu tersebut adalah menu paling lezat untuk dinikmati saat merumput di sana.
Sepanjang jalan, Nabil yang baru kali pertama ikut mudik bersama kami sangat antusias ketika diajak ke ladang. Ia menyebutkannya ke sawah. Dalam pikirannya sawah dengan pemandangan hamparan padi hijau atau yang telah menguning, karena si mbah bilang kita akan panen nanti, entah panen sayuran apa.
Anak anak tidak merasa kelelahan karena mereka pergi dengan perasaan gembira. Yang capek malah maiyuk karena tak sanggup mengikuti langkah anak anak yang terlalu cepat. Nabil banyak bertanya tentang aneka pohon yang ditemuinya yang tak pernah dia lihat. Pohon kopi, pohon pala, pohon jengkol, dan banyak lagi.
Tiba di ladang kami dihadapkan pada rimbunnya pohon cabai rawit. Pohon cabai rawit ini tinggi-tinggi, setinggi orang dewasa. Jenisnya cabai rawit ceplik yang super pedas, itu loh yang suka ada di babang gorengan 😆
Ternyata metik cabai itu lumayan capek ya, sudah dua jam tapi baru dapat sedikit. Anak anak sudah mulai bosan, dan gangguan nyamuk hutan membuat mereka berteriak teriak. Akhirnya mereka menyerah dan kembali ke saung. Membuka bekal dan mulai makan. Hihi ternyata mereka lapar tah... 😂
Selesai makan bukannya kembali membantu tapi malah asik main di sungai yang ada di bawah ladang. Airnya bening dan jernih membuat mereka betah berlama lama di sana sambil mencuci sandal yang mereka pakai.
Menjelang dzuhur acara memetik cabai pun usai. Dapat dua ember besar. Lumayan banyak ya, nanti bisa dijual ke pasar oleh si mbah. Sebelum pulang kami juga mencabut singkong, satu pohon saja tapi singkongnya besar besar, satu ember penuh.
Eksplorasi hari itu selesai sudah, memberikan banyak pelajaran bagi anak anak. Bahwa jika ingin menginginkan sesuatu harus bekerja keras. Dan harus menghargai petani yang sudah menanam aneka macam sayuran yang bisa dikonsumsi banyak orang. Dan pastinya menambah rasa syukur kita atas nikmat yang telah Allah berikan.
#zyasstory
#zyasfammudik
#mudik2019
zya verani
Setelah kemarin menyusuri jalan setapak desa hingga akhirnya sampai ke pasar. Pagi ini kami memutuskan untuk ke ladang. Melihat tanaman apa saja yang bisa dipetik di sana. Karena kata si mbah, sudah beberapa minggu ladang tidak ditengok.
Medan menuju ladang si mbah tidaklah mudah gaes... Seperti yang pernah kami lakukan beberapa tahun silam, kami harus melewati jalan yang naik turun dan melintasi hutan kopi. Belum lagi beberapa jembatan kayu yang cukup membuat anak-anak sedikit ketakutan.
Jembatan bambu di tengah ladang kopi |
Sepanjang jalan, Nabil yang baru kali pertama ikut mudik bersama kami sangat antusias ketika diajak ke ladang. Ia menyebutkannya ke sawah. Dalam pikirannya sawah dengan pemandangan hamparan padi hijau atau yang telah menguning, karena si mbah bilang kita akan panen nanti, entah panen sayuran apa.
Anak anak tidak merasa kelelahan karena mereka pergi dengan perasaan gembira. Yang capek malah maiyuk karena tak sanggup mengikuti langkah anak anak yang terlalu cepat. Nabil banyak bertanya tentang aneka pohon yang ditemuinya yang tak pernah dia lihat. Pohon kopi, pohon pala, pohon jengkol, dan banyak lagi.
Tiba di ladang kami dihadapkan pada rimbunnya pohon cabai rawit. Pohon cabai rawit ini tinggi-tinggi, setinggi orang dewasa. Jenisnya cabai rawit ceplik yang super pedas, itu loh yang suka ada di babang gorengan 😆
Pohon Pala |
Selesai makan bukannya kembali membantu tapi malah asik main di sungai yang ada di bawah ladang. Airnya bening dan jernih membuat mereka betah berlama lama di sana sambil mencuci sandal yang mereka pakai.
Menjelang dzuhur acara memetik cabai pun usai. Dapat dua ember besar. Lumayan banyak ya, nanti bisa dijual ke pasar oleh si mbah. Sebelum pulang kami juga mencabut singkong, satu pohon saja tapi singkongnya besar besar, satu ember penuh.
Ladang cabai rawit |
#zyasstory
#zyasfammudik
#mudik2019
Komentar
Posting Komentar