Quality Time with Kiddos

Quality Time with Kiddos
Zya Verani 


Sebenarnya ini adalah tulisan lama yang belum sempat dipost. Dan ditulis saat baby Shaki masih ada. Qadarullah... kondisinya saat ini tak lagi sama. Jadi perlu ada sedikit perbaikan di sana sini. 

Baiklah,  let's start beb...  

Quality time with kiddos? Bukannya sepanjang hari bersama kiddos mak, kok pake ngebahas quality time segala?
Eh, Munaroh! Belon apa-apa udah nyinyir aja si lo 😤

Saya dan hampir semua ibu domestik yang kesehariannya di rumah tentu saja sepanjang waktu bersama anak. Tapi apa benar selalu bersama? 
Yaiyalaaahh, kan cuma berduaan doang ama anak. Jika anaknya dua, bertigaan aja berarti, dst. Apalagi kalo anaknya masih balita ya sudah pasti selalu bersama-sama dong.  Kemana-mana juga dibawa. Iyesss,  benar sekali, mak. 

Tapi apa benar-benar selalu bersama?
Maksudnya?
Iya hati dan pikiran emak juga bersama si kecil, bersama anak anak.
Duhhh, mulai ga ngerti deh nih saya...
Tenang mak, pegangan dulu biar ga oleng. 

Membersamai anak di sini cakupan luas, loh.  Membersamai juga berarti menemani, melayani, melindungi dan menjadi partner setia.
Waduhh,  bahasanya makin tinggi aja. 

Membersamai itu menemani

Pada satu kesempatan si sulung ditunjuk untuk menjadi peserta lomba menari untuk sekolahnya. Pada hari H tiba sebenarnya anak sangat mengharapkan kita orang tuanya hadir untuk melihat penampilannya. 
"Ibu harus menjaga adik, nanti juga ibu lihat penampilan kakak dari wa bu guru, ya." Kata Ibu saat si sulung memohon sekali lagi.  Ia pun mengatupkan bibir memberi tanda setuju padahal ia sangat ingin Ibu dan adik kecilnya datang menemaninya memberi semangat langsung bukan melalui grup wa dengan Bu guru. 
Si sulung pulang dengan wajah sendu padahal Ibu sudah menyiapkan sambutan yang manis dengan aneka kue kesukaan. Karena Ibu sudah melihat penampilannya yang sangat memukau. Ibu tak tahu kenapa rona wajah anaknya berubah. Ia tak paham, sesungguhnya si sulung ingin Ibu menemaninya.  

Membersamai itu melayani 

Si kecil yang baru saja bisa duduk dan berdiri sangat senang mengeksplor seisi rumah. Tapi Ibu khawatir, maka Ibu memberinya aneka mainan dan meletakkannya di area bermain di sudut ruangan, lengkap dengan pengaman tembok buatan agar si kecil tidak wara wiri. Sementara Ibu asik menyapa teman dengan gawainya di pinggir arena bermain.  Sesekali saat si kecil berteriak, Ibu menoleh dan tersenyum. Si kecil menghampiri dan menunjukkan mainan baloknya, Ibu tersenyum lagi menanggapi, lantas beralih lagi ke gawainya. Si kecil meronta ingin keluar. Ibu tidak sigap, lambat merespon hingga si kecil pun terjatuh. Siapa yang salah? 
Apakah si kecil? Tentu saja bukan. Yang salah adalah Ibu yang tidak mau melayaninya bermain. Ibu bersamanya kok,  berada di dekatnya tapi tidak melayaninya. 

Membersamai itu melindungi 

Si kakak minta diantar pergi mengaji di masjid. Jaraknya tidak terlalu jauh, biasanya kakak pergi sendiri tapi kali ini ia ingin Ibu mengantarnya karena ada satu anak baru yang mengganggunya. Tubuhnya lebih besar sehingga kakak takut.  
"Kakak sudah besar, sudah berani. Ibu tidak bisa mengantar karena harus mengerjakan pesanan kue, mumpung adik sedang tidur..." alasan Ibu tak bisa dibantah, jadilah kakak pergi mengaji seorang diri.  
Tak lama kakak pulang sambil menangis. Ia bercerita buku Iqra-nya disobek anak baru itu. Ibu memeluknya, baru menyadari seharusnya Ibu bisa melindunginya tadi. Sesungguhnya tadi kakak memintanya mengantar agar Ibu menasihati anak baru itu untuk tak mengganggunya. 

Membersamai itu menjadi partner setia 

Ibu dan dua anak gadis kembarnya kemana-mana selalu bersama. Ke mall, nonton, ke salon, berburu buku diskonan, belanja sayuran ke pasar bahkan mencari tutut di sawah. 
Ibu pun menjadi tempat bertanya sejuta masalah anak gadisnya. Dari pr matematika, bahasa Inggris hingga curhat bagaimana cara menghilang jerawat sebiji di jidat.  
Ibu adalah partner setia bagi anaknya. Bagaimana pun kondisinya Ibu selalu ada untuknya.


Begitulah makemak sekalian... Selayaknya orang tua terlebih Ibu seharusnya bisa memiliki quality time lebih banyak bersama anak anak. Bukan soal lamanya waktu tapi kualitasnya. Tidak lama tapi anak merasa dihargai jika Ibu selalu menemaninya saat ia membutuhkan. Ibu selalu ada saat ia butuh perlindungan. Dan Ibu selalu memberi masukan saat ia sedang butuh nasihat.  

Lalu kapan qulity time itu sebaiknya dilakukan?
Waktunya yang lebih tahu adalah maemak sendiri. Karena Ibu yang lebih paham anak sendiri. Jika saat ini anak terasa jauh dari kita, mulailah membuka ruang untuk bertanya padanya. Tidak ada kata terlambat untuk memulai karena jika masa itu sudah lewat, Ibu tak akan bisa mengulanginya lagi. ibu, bersamai anakmu selagi bisa dan ada kesempatan. 

#zyasstory
#zyasfam
#qualitytime
#parenting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran