Day 2 Al-Qur'an Journaling: Menyikapi Takdir yang (menurut kita) Buruk ~ Qs Al Hijr:5
Kemarin sore saya membuat puding untuk menu berbuka shaum di rumah, tiba-tiba saja saya teringat lilbaby Shaki yang sangat menyukai aneka puding. Tanpa terasa mata saya basah, ketika potongan-potongan hari terakhir kami bersama berkelebatan. Dan rasa protes akan takdir ini kembali hadir tanpa diminta. Ya, saya akui, rasa ikhlas melepasnya masih amat sulit.
Di satu masa saya merasa sangat siap dan telah merelakan kepergiannya. Tapi... saat saya rapuh, begitu saja hujatan akan takdir (yang menurut saya) buruk ini hadir kembali meski hanya terlintas dalam hati.
Saya tak ingin terjebak oleh hasutan setan ini, saya sadar ini adalah bisikan dari makhluk Allah yang terlaknat itu. Karenanya setelah puding selesai dicetak saya menunaikan salat Asar dan tilawah sesudahnya. Berharap mendapatkan kedamaian hati sambil menunggu waktu berbuka tiba. Biasanya setelah tilawah hati menjadi tentram dan seperti mendapat semangat lagi untuk beraktivitas kembali.
Saya ingat, pagi tadi menuntaskan surah Ibrahim, dan saat memasuki surah Al Hijr, Allah menyentil saya lewat firmanNya di ayat ke 5.
"Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya)." (Qs. Al Hijr:5)
Dari tafsir yang saya baca, ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada satu negeri yang dihancurkan Allah kecuali telah Allah tentukan waktu kehancurannya di Lauhul mahfudz. Tidak ada sesuatu pun yang lupa dituliskanNya, dan tidak pula sesuatu terjadi sebelum waktu yang telah ditetapkanNya.
Meskipun ayat ini Asbabun Nuzul-nya tetang penduduk musyrikin Mekkah yang menentang Rasulullah dan para sahabatnya dalam menyampaikan risalahnya. Tapi nampol pisan di saya soal ketetapan ajal yang pasti ini. Bahwa ajal adalah rahasiaNya, dan tak ada seorang pun yang tahu kapan waktunya.
Setelah membaca dan mentadabburi lewat tafsirnya saya mencoba merefleksikannya. Saya berusaha (harus) meyakini bahwa kepergian my lilbaby adalah satu ketetapan Allah yang sudah dituliskanNya di Lauhul mahfudz. Saya tak bisa memprotesnya apalagi menundanya. Senantiasa meneguhkan hati bahwa ini adalah takdir yang terbaik untuk kami. Dan my lilbaby telah berada di surgaNya dan kelak kami akan menyusulnya nanti. Aamiin.
#quranjournaling
#ramadannote
#zyasnote
#TantanganRamadan1441HRumlit
Komentar
Posting Komentar