Day 08 Al-Qur'an Journaling ~ Qs. Al Baqarah:261 ~ Tentang Sedekah dan Matematika Allah


Bersedekah semestinya tidak hanya rajin di bulan Ramadan saja. Karena sedekah bisa dilakukan kapan saja dan tidak harus selalu dengan uang. 
Anak-anak menargetkan diri masing-masing untuk berbuat baik setiap hari. Tanpa diminta atau disuruh, karena sudah besar. Meski tidak dievaluasi setiap hari tetapi kami tetap memantaunya.

Kemarin anak-anak membantu saya membereskan halaman, emak mendapat ilham setelah ngintip tim GBNS manggung #upss. Kami menata tanaman, mengganti tanah tanaman yang sudah kering, memberi pupuk dan mengganti pot-pot yang rusak. Iya, terlihat remeh temeh. 
"Tapi capek," keluhnya. 
"Tak apa, niatkan sedekah karena telah membantu emak meremajakan kembali tanaman-tanaman cantik ini dan kalian akan mendapatkan pahala sedekah yang berlipat karena saat ini bulan Ramadan," saya menyemangati. 

Apalagi begitu saya menjanjikan akan membuatkan bolen pisang cokelat besok, langsung mengalirlah cerita mereka tentang apa saja yang sudah diperbuat selama Ramadan ini. Setiap tarawih (iya, di tempat kami masih ada tarawih berjamaah tapi suaranya tidak disiarkan keluar) mereka selalu berada di samping seorang nenek, sebutlah Nek Arni. Nek Arni ini rumahnya tepat di belakang rumah kami, tembok kamar mandi kami saling menyatu. Dari menyediakan tempat salatnya, membawakan air minumnya, dan membantu Nek Arni berdiri adalah aktivitas mereka. Nek Arni juga sangat senang jika berada dekat si kembar, katanya ada yang bisa dimintai tolong. Si kembar pun enjoy aja padahal tidak ada yang mau tarawih dekat Nek Arni karena si nenek selalu memakai minyak wangi beraroma melati yang menyengat. 

Bagaimana dengan si sulung? Selama tiga hari ini tidak terlihat aktivitasnya di luar rumah. Iya, dia sibuk mempersiapkan tugas presentasi kuliah online-nya, jangan ganggu atau kena bacok nantinya. Hahaha... 
Tapi bukan berarti ia kehilangan kesempatan untuk berbuat baik dong. Setiap hari ada saja tugas yang didelegasikan emak kepadanya. Dari mulai membuang sampah, memberi makan Mimi, kucing kami hingga membeli takjil sendiri jika kepengin makanan dari luar. Terkadang juga mengantar emak belanja ke pasar, seperti tadi siang. Si sulung juga selalu menyelipkan lembaran berharganya di kotak amal saat tarawih. Dan banyak lagi cerita mereka yang membuat saya berbinar-binar. 

Bapake lain lagi ceritanya, sejak tidak lagi ngojol (beliau suka ngojol di waktu senggang) ia sering sengaja berkeliling ga ada tujuan (kelihatannya). Tapi memang itu tujuan, berkeliling mencari siapa yang membutuhkan bantuan. Sering kali di pagi hari saat olahraga ia membantu tukang sampah mendorong gerobaknya. Pernah juga membantu tukang ayam yang akan membawa ayamnya ke pasar tapi tiba-tiba ayamnya lepas, jadilah Bapake dan si abang ayam mengejar-ngejar ayam lepas di pagi buta. Untuk yang ini kami berempat terpingkal-pingkal saat beliau bercerita. Itu juga sedekah paling simpel yang sering Bapake berikan untuk kami, sebuah cerita yang ringan dan membuat kami semua tersenyum di saat Corona melanda seperti ini. 


Begitulah, untuk bersedekah kita tak perlu menunggu ada uang. Karena kesempatan itu datang dengan sendirinya. Kemarin sore ada pengamen kuda lumping melintas saat saya mengangkat jemuran. Si kembar yang mendengar dari dalam, segera keluar dan berebut ingin memberi uang. Alasannya karena mereka hari ini belum bersedekah uang. Maasyaa Allah. Bagaimana pun menurut mereka bersedekah uang itu lebih afdal. 

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Qs. Al Baqarah:261)



Ayat di atas amat jelas Allah menerangkan tentang balasan bagi orang-orang yang bersedekah. Karenanya kebiasaan bersedekah ini sudah kami tanamkan sejak anak-anak kecil, agar mereka saling berlomba dalam kebajikan. 
Sedekah yang kita keluarkan bukan membuat harta berkurang melainkan sebagai pembuka datangnya rezeki lain yang lebih berlimpah. Yang bahkan banyaknya tak terpikirkan sebelumnya oleh kita. Karena Matematika Allah itu beda dengan kita.

Matematika manusia adalah, ketika kita memberi sepuluh maka akan dibalas sepuluh. Tetapi perhitungan Allah jauh berbeda, skemanya seperti yang termaktub di ayat di atas. 

See, balasan Allah sangat sangat berlipat. Di tengah pandemi, saat Bapake sudah bekerja dari rumah saja dan hanya masuk sekali dalam sepekan, tentu pendapatan kami berkurang. Dan alhamdulillah emak kemarin terkaget-kaget mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka. Semoga itu adalah balasan sedekah yang tak seberapa yang sering kami lakukan. 
Kepada Allah sajalah semua muara dan pinta. Kabulkanlah segala doa-doa kami, ya Rabb. Aamiin.


#quranjournal
#ramadannote
#zyasstory

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran