Day 13 Al-Qur'an Journaling ~ Qs. Ali Imran:92 ~ Memberi yang Terbaik
Sedekah hakikatnya membersihkan harta kita. Dan yang tak boleh kita lupa bahwa di harta yang kita miliki itu ada hak fakir miskin, kaum duafa, dan yang berhak menerimanya. Kesadaran bersedekah saat ini sudah bisa dibilang membaik, sedekah telah menjadi budaya, bahkan ada komunitas sedekah dan ada jadwal sedekah berkala untuk para anggotanya.
Apalagi di saat pandemi dan di momen bulan mulia ini, adalah kesempatan emas untuk banyak beramal karena pahalanya berlipat ganda, termasuk sedekah. Orang-orang mampu, ramai-ramai membagikan paket sembako untuk masyarakat miskin yang terdampak pandemi.
Tapi tahukah kita bahwa infak terbaik adalah menginfakkan harta yang paling dicintai? Bersedekah dengan barang yang paling berharga adalah syarat meraih kebajikan yang hakiki, dalam hal ini surga-Nya Allah. Hal tersebut juga termasuk pembuktian iman kita kepada-Nya.
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."
(Qs. Ali Imran:92)
Dalam Qs. Ali Imran:92 ini Allah menganjurkan kepada hamba-Nya untuk berinfak di berbagai jalan kebajikan. Setiap kebajikan adalah amalan ketaatan, dan balasannya adalah surga (Al-birr), yaitu harta-harta yang paling berharga dan paling disenangi.
Orang-orang beriman yang rajin berinfak pun, bukan orang-orang yang tidak mencintai hartanya. Hanya saja mereka mampu meredam kecintaan akan dunia itu, sehingga porsinya tidak melebih cinta mereka untuk Allah, Rasul dan jihad fi sabilillaah.
Ingatlah kisah Abu Thalhah yang mendasari turunnya ayat ini. Abu Thalhah sangat kaya raya dan dermawan, suatu hari Rasulullah mengunjungi kebun miliknya. Kebun itu sangat disayanginya. Tapi Abu Thalhah akhirnya menginfakkan kebun kesayangannya kepada Rasulullah agar dipergunakan sebagaimana mestinya di jalan Allah. Rasulullah memuji kedermawanan Abu Thalhah karena telah berhasil mengutamakan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta jihad fi sabilillah dengan menginfakkan harta yang paling ia cintai. Rasulullah menyuruh Abu thalhah untuk menginfakkan kebunnya itu untuk kerabat dan saudara-saudaranya yang membutuhkan. Abu Thalhah akhirnya menyerahkan kebunnya kepada saudaranya dan anak-anak dari pamannya.
Kita bisa melihat di sini betapa kecintaan Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya bagi Abu Thalhah, dan ia menginfakkan harta yang disayanginya (kebunnya) tanpa berpikir dua kali. Maasyaa Allah.
🔹لَن تَنَالُوا۟ الْبِرَّ (Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan) >>> tidak akan sampai pada derajat orang-orang yang berbuat kebajikan yang berupa kebenaran iman, dan kebaikan amal dan penerimaannya.
🔹حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ (sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai) >>> sampai sedekah kalian di jalan Allah dalam jihad dan ketaatan lainnya dari harta kalian yang kalian cintai.
🔹حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ (sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai) >>> sampai sedekah kalian di jalan Allah dalam jihad dan ketaatan lainnya dari harta kalian yang kalian cintai.
Orang yang lebih mencintai Allah akan rela mengorbankan harta yang dicintainya dengan menginfakkannya di jalan-jalan yang diridhai-Nya. Termasuk ke dalam menginfakkan harta yang dicintainya adalah berinfak ketika ia juga sebenarnya membutuhkannya.
Lalu, bagaimana dengan kita?
Sudahkan kita berinfak dengan benda/barang yang sangat kita sayangi?
Memberi yang terbaik, memberi dengan ikhlas dan hati tenang karenanya balasannya adalah kebajikan hakiki yakni surga Allah.
#quranjournal
#quranjournaling
#TantanganRamadan1441HRumlit
#ramadannote
#zyasnote
Komentar
Posting Komentar