Day 24 ALQur'an Journaling: Qs. Ar Rahman:13 ~ Tentang Syukur Nikmat


Tentang Syukur Nikmat (lagi) 

Sahur dini hari tadi saya memasak menu alakadarnya karena tinggal sisa-sisa saja di kulkas. Semestinya saya belanja Sabtu pagi kemarin, tapi saya urungkan karena hawa malas tiba-tiba saja menjerat. Jadilah kemarin kami makan malam dengan menu seadanya. Tumis buncis dan orek tempe. Sahurnya pun demikian, telur ceplok dikecapin dan tumis sawi putih tanpa bakso seperti biasanya. Baksonya ada tapi malah diiris tipis dan digoreng garing.  

Twins protes karena sudah lama tidak makan udang. Iya, selama Ramadan ini saya belum memasakkan udang untuk mereka. Tukang ikan segar yang biasa saya temui di pasar tak pernah ada lagi, saya pun malas mencari di lapak ikan yang lain. Karena pernah sekali membeli ikan selar ternyata tidak bagus, jadi saya agak sangsi untuk belanja lagi di sana. 
Saya berjanji, jika lapak ikan segar si ibu sudah berjualan, pasti akan beli udang lagi. Makan saja apa yang ada, dan bersyukur karena masih banyak yang sahur tanpa lauk. 

Pagi tadi saya ke pasar, yang teringat pasti udang dong. Paksu bilang tak apa bukan di lapak langganan, kalo ada udang ambil aja. Sepertinya Paksu kasihan juga pada twins. Tapi pas sampai di pasar yang terlihat kali pertama adalah lapak ayam. Fillet dadanya begitu menggoda. Saya ingat, semalam si sulung menghabiskan jatah dada fillet untuk masak chicken crispy. So, saya pun membeli dada ayam fillet 1,2kg 65rb ayamnya juga separuh 20rb. Alhamdulillaah masih kebeli, harganya sudah naik ternyata. 

Lapak sayuran banyak yang kosong, saya tidak menemukan pare dan terong pesanan Paksu. Sawi hijau pun tak ada, sawi pokcoy sudah layu, saya tak jadi membelinya. Hhmm...  sayuran hijau mulai langka, pikir saya. Untungnya masih bisa menemukan daun singkong, bayam dan kangkung, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" 

Bawang merah kecil-kecil dan mahal, tapi bawang bombay turun drastis hanya 25rb/kg beli aja yang banyak mumpung murah. Udang bagaimana? 
Nah itu dia, sampai akan pulang, udang belum ketemu juga. Ya sudah, tidak hanya udang yang tidak ada, daftar belanjaan saya banyak yang tak ada, semoga twins mau mengerti. 

Qadarullah saat membeli tempe mata saya melihat tumpukan udang segar di bakul seorang nenek, mungkin baru saja tiba. Saya menghampirinya, masyaAllah...udah galah besar-besar sekali dibungkus daun pisang. Perbungkus 20rb katanya, saya tak menawar lagi, minta dua bungkus malah dihargai 35rb. MasyaAllah... nenek baik sekali. Saya membayar 40rb malah tetap diberi kembalian 5rb, saya menolak. Si nenek keukeuh memasukkan ke plastik udang. Semoga nenek sehat terus ya...  dan pekan depan dagang lagi di sini, Nek. Alhamdulillaah. 

 فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Qs. Ar Rahman:13)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran