Adab Takziyah, Feel Sadness


Ibu mana yang mau kehilangan anak? Mau anaknya banyak, sedikit, kecil atau sudah besar sekali pun pasti tetap rasa mengikhlaskan itu sulit--walau pada akhirnya menerima--untuk melepaskan. 
Anak yang kita sayang sayang, merawat dengan cinta yang penuh dan berjuta manja, lalu yang Mahamemiliki mengambilnya. Ibu tak bisa menahan, pun menangguhkan barang sekejap saja. Tidak, tidak, tidak bisa. 

Ketika mengunjungi teman yang baru saja tertimpa musibah ini pagi tadi, saya kembali terngiang satu episode hidup yang sama. Kilatan peristiwa detik demi detik hingga permata hati meninggalkan kami kembali terlintas di pelupuk mata. Saya merasakan apa yang ia rasakan saat ini, saya pun pernah berada di posisinya. Menerima tiap pelayat yang datang, menampilkan wajah tabah dan tegar--padahal jauh di dalam sana hati meronta ingin ruang privasi--menjawab tiap tanya yang terlontar dengan sigap padahal sesungguhnya tak ingin lagi mengulangnya. 

Tahukah, pertanyaan 'kepo' itu justru malah menambah luka, mengulang kisah kepergian buah hati itu sama artinya mengingat dan memaksa kembali episode yang sesungguhnya sebisa mungkin ia hindari. Saya, tak sanggup melontarkan sanjungan penyemangat, mata sudah telanjur berair. Seakan saya yang berada di sana. Ooh tidaaaakkk saya tak ingin menjawab tanyamu, tanyamu sama dengannya, sama dengan yang lain, sama dengan yang tadi, sama juga dengan mereka yang masih duduk-duduk di sana, di depan rumah kami. Tanya saja mereka. 

Bukan, bukan tak ingin ditanya, bukan juga egois atau lebay tapi memang begitulah adanya. Pahami kami yang baru saja kehilangan. Ruang privasi mungkin memang belum bisa didapatkan sepanjang pelayat yang terus datang. Tapi setidaknya berilah ruang untuk hati tetap waras. Jangan banyak bertanya apa pun, jangan tiba-tiba menjadi wartawan investigasi atau menjadi dokter yang paling berpengalaman yang tahu apa yang seharusnya paling baik dilakukan. 

Cukup doa, kuatkan dan temani. Hanya itu sebenarnya yang dibutuhkan orang tua yang hatinya sedang patah ditinggal buah hati tersayang. Kata-kata penyemangat lebih pas dilontarkan dibanding kalimat menghakimi. Doa penguat lebih dibutuhkan dari sekadar saran untuk ikhlas. Karena kami pun tahu kami harus ikhlas. Temani dan dengarkan saja. Itu cukup. 

#takziyah
#ruhiyyah 
#zyasstory

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senantiasa Memurnikan Cinta

Cara Mudah Menyimpan Jengkol Agar Lebih Awet

Cara Mengenali Gula Merah Asli di Pasaran