Pengenalan TIK untuk Kalangan Ibu dan Pengasuhan Anak di Era Digital
Senin pagi 17 Januari 2022 kemarin saya bersama para ibu lain mengikuti Bimtek Pengenalan TIK untuk Kalangan Ibu di Bpptik Kemkominfo Cikarang. Kegiatan ini dilaksanakan secara luring atau tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Acara dihadiri oleh 75 ibu rumah tangga dari sekitar Jabodetabek dari kalangan komunitas maupun umum. Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 setelah semua peserta melakukan registrasi ulang dengan menyerahkan bukti swab. Ya, sebelumnya kami para peserta diharuskan melakukan swab sebagai syarat kesertaan.
Kegiatan Bimtek ini resmi dibuka oleh Kepala Bpptik Bapak Nusirwan. Beliau mengatakan acara ini sangat penting bagi para ibu di era digital seperti sekarang ini. Beliau mengharapkan kami dapat menyerap semua paparan ilmu yang disampaikan oleh narasumber dan diharapkan bisa langsung mempraktikkannya di rumah.
Kepala BPPTIK, Bapak Nusirwan membuka acara Bimtek |
Seperti yang kita tahu, saat ini kita hidup di era serba digital. Sebagai ibu kita wajib meng-upgrade diri terhadap kemajuan jaman tersebut. Karena jika tidak, para ibu akan 'kelimpungan' menghadapi perkembangan pertumbuhan anak-anak. Anak-anak yang lahir di jaman serba teknologi tentu berbeda dengan para ibu yang hidup di era non-teknologi. Mereka menyerap segala kemajuan digital secara cepat. Karenanya ibu harus memiliki ilmu yang tepat untuk membersamai tumbuh kembang mereka.
Kementrian Komunikasi dan Informatika melalui Bpptik menangkap masalah tersebut dan menghadirkan solusinya, dengan mengadakan Bimtek Pengenalan TIK bagi Kalangan Ibu. Kegiatan ini mengusung tema Pengasuhan di Era Digital. Materi tersebut dibawakan apik oleh narasumber Ibu Ika Malika, M.Psi, Psikolog dari Klinik Satelit Makara UI.
Pengasuhan di Era Digital
Ibu Ika memaparkan materi dengan sangat gamblang, dibawakan pertahap dan tidak terlalu cepat, sehingga para peserta bisa menangkap dengan baik.
Materi dibuka dengan pengenalan literasi digital bagi para ibu. Pentingnya kemajuan digital pada saat ini. Juga dampak positifnya bagi kehidupan.
Manfaat yang paling utama kemajuan digital adalah memberikan akses kemudahan dalam informasi. Menyampaikan informasi bisa dalam hitungan detik. Pencarian informasi pun amat mudah hanya dengan jentikan jari mesin pencari akan menemukan informasi yang kita inginkan.
Ika Malika, MPsi, Psikolog sebagai Narasumber |
Manfaat Internet untuk Anak
Internet bagi anak sudah tidak asing lagi. Hampir semua anak di jenjang usia berapa pun sudah dikenalkan gadget. Di era digital ini orang tua secara sengaja atau tidak akan memperlihatkan pemakaian gadget bagi anak. Saat membersamai mereka, ibu yang memegang gadget akan menarik perhatian anak untuk bertanya. Begitu orang tua mengenalkan, mereka makin ingin tahu.
Respons awal anak, ternyata gadget itu menyenangkan. Mereka suka melihat, mengamati dan makin penasaran. Hingga akhirnya bisa ketagihan.
Jika sudah begini, ibu harus membatasi anak menggunakan gadget.
Membatasi pemakaian internet adalah langkah awal yang dilakukan orang tua untuk meminimalkan dampak negatif internet bagi anak.
Screen Time untuk Anak
IDAI (ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan waktu yang baik untuk anak berinteraksi dengan internet adalah sebagai berikut:
- Usia 0-3 tahun
Saat ini balita sudah banyak yang bermain gadget. Mengandrungi acara-acara dan game tertentu. Padahal di usia ini anak sebaiknya tidak diberikan gadget.
Dengan dalih kenyamanan orang tua justru membiarkan anak-anak mereka bermain dengan gadget terlalu lama, sementara mereka melakukan aktivitas lain. Padahal di usia ini anak lebih membutuhkan perhatian orang tuanya. Kedekatan terhadap anak harus dibangun sejak dini, bukan? Karenanya orang tua harus memperbanyak interaksi langsung dengan anak. Dampingi mereka saat bermain dan belajar mengenal lingkungan sekitar.
- 3-7 tahun
Pada rentang usia ini kemampuan eksplorasi anak meningkat tajam dan rasa ingin tahu, penasarannya terhadap sesuatu makin besar. Jika sejak kecil mereka sudah mengenal internet, bisa dipastikan akan makin kecanduan. Padahal di usia ini anak disarankan berinteraksi dengan internet hanya 30 menit/hari. Penggunaannya pun dibatasi hanya untuk belajar, seperti mengenal angka, huruf dan benda di sekitarnya.
- 7-12 tahun
Makin besar anak makin susah untuk orang tua mengontrol penggunaan gadget-nya. Orang tua jangan mau kalah dan menyerah. Biasanya dengan dalih takut ngambek anak dibiarkan berlama-lama dengan gadget. Kita bisa menggunakan cara lain, dampingi mereka saat berinteraksi dengan internet. Jangan ditinggalkan sendirian, orang tua bisa mengajak mereka berdiskusi tentang apa yang sedang dilihat. Lalu membuat kesepakatan jadwal dan durasi penggunaan internet. Jangan lupa juga memberikan alasan yang tepat tidak sekadar melarang saja. Durasi yang disarankan untuk usia ini adalah 60 menit hingga 2 jam perhari.
- 13-18 tahun
Untuk usia remaja pembatasan penggunaan internet lebih longgar bahkan cenderung tidak ada batasan. Tetapi anak diberikan kepercayaan perihal menggunakan gadget ini, boleh lama beraktivitas dengan gadget asal tidak lupa tugas utama, belajar dan membantu orang tua di rumah.
Orang tua tetap membuka percakapan dengan anak tentang sosial media, pemberitaan yang sedang beredar, menemukan bakat dan minat anak melalui internet. Interaksi dengan gadget ke arah mana yang lebih banyak biasanya itu yang menjadi passion anak ke depannya. Tidak lupa juga agar orang tua menanamkan bahwa internet akan berdampak positif jika digunakan untuk menunjang hal-hal positif dan meningkatkan produktivitasnya.
Bagaimana Mengatasi Dampak Negatif Penggunaan Internet pada Anak
Selain dampak positif tentu ada juga dampak negatif internet. Apalagi untuk anak-anak. Salah satunya Ibu Ika memaparkan, anak-anak yang kecanduan internet akan susah berkomunikasi dengan lingkungan luar, cenderung menarik diri dan menjadi penyendiri, mudah menyerah dan tentu saja yang paling sering dialami para ibu, anak akan marah jika gadget-nya diambil.
Anak-anak yang kecanduan internet seakan punya dunianya sendiri. Ibu akan ekstra keras mengembalikannya ke dunia nyata. Saat mereka tidak sedang memegang gadget, biasanya mereka tidak semangat, lesu, dan tidak bergairah berinteraksi dengan kita. Karena pikirannya sudah terfokus hanya pada gadget-nya.
Anak-anak menganggap gadget adalah segalanya. Teman main paling baik. Paling memahami, karena tahu apa yang mereka mau. Paling mengerti karena selalu memberi informasi apa pun yang mereka cari. Paling asyik karena menyajikan banyak permainan. Dan mereka bisa berekspresi mencurahkan apa yang mereka rasakan dengan meng-update status di media sosial yang mereka miliki.
Jangan salah, Bunda, anak-anak memiliki lebih banyak akun dibandingkan kita ibunya yang hanya berdiam diri di rumah.
Dua anak kembar remaja saya pun begitu. Mereka memiliki beberapa akun di media sosial. Apa saja di-post, dari hasil gambar manga sebagai hobinya hingga status haha hihi. Alhamdulillah sejauh ini masih aman.
Tapi, ada beberapa ibu yang tidak mengetahui apa saja akun anaknya. Bisa jadi si ibu memang tidak mencari tahu, namun bisa juga karena si anak yang memblokir akun ibunya karena menganggap ibunya terlalu 'kepo'. Wedeww.
Saya sempat mengalami ini. karena kekepoan saya, saya telusuri akun anak-anak, alhamdulillah masih positif. akun mereka dipenuhi gambar hasil coretan tangan mereka yang membuat saya kagum. "Ternyata gambarnya bagus banget," gumam saya. Dan saking senangnya tentu saya mengabadikan dong, saya ambil tangkapan layar beberapa gambar mereka dan saya 'pamer' di status. Eladalah, rupanya si kembar tak suka jika hasil karya mereka diketahui ibunya, dan parahnya ibunya malah memamerkannya. Mereka marah dan buntutnya saya diblokir.
Lalu apa yang saya lakukan? Mengomel? Tentu tidak.
Saya meminta maaf atas kelancangan saya, dan dengan pendekatan personal saya berusaha memahami keinginan mereka. Kami saling mengungkapkan keinginan masing-masing. Maunya ibu tentu anak lebih dikenal dengan karya mereka melalui gambar ini, selain tulisan dan buku mereka. Tapi rupanya si kembar belum siap. Baiklah, saya mencoba memahaminya, saya pun berjanji tidak akan memamerkan gambar-gambar mereka lagi. Tapi mereka juga harus berjanji untuk tidak memblokir saya, karena bisa saja nanti ada beberapa teman ibunya yang membutuhkan ilustrasi gambar manga, mereka bisa saya rekomendasikan. Dan persoalan pun selesai.
Lain soal jika tidak ada titik temu keinginan di antara keduanya. Jika sudah begini menandakan ada 'gap' antara ibu dan anak.
Seperti yang kita tahu, tiap usia berbeda menggunakan internet untuk apa saja. Anak-anak usia pra-sekolah cenderung menggunakan internet untuk bermain dan menonton. Usia sekolah hingga remaja lebih beragam, mereka sudah mampu mengolah akun media sosial mereka sendiri.
Secara umum ibu bisa memakai beberapa cara untuk mengembalikan anak yang kecanduan gadget. Berikut beberapa cara menurut Ibu Ika Malika yang bisa kita terapkan.
- Menambah wawasan seputar gadget
Orang tua harus membuka wawasan lebih seputar gadget. Fahami tiap media sosial yang anak ikuti, mengerti soal fungsi dan fitur di tiap aplikasi yang mereka miliki. Saat ini bertabur aplikasi seseruan dan game yang bisa diakses tanpa rentang usia.
- Memberitahu anak manfaat dan bahaya penggunaan internet
Buka mata anak dengan memberitahu pada mereka selain manfaat yang banyak, internet juga memberi dampak negatif. Mulai dari penipuan online, hingga pinjaman online. Selain itu juga bisa menggangu kesehatan mata jika terpapar lama.
- Awasi anak dalam menggunakan internet
Orang tua wajib membersamai anak dalam menggunakan internet. Bersamai mereka dengan nyaman agar anak tidak merasa sedang diawasi. Perhatikan aplikasi dan konten yang sering dilihat anak. Pasang aplikasi filter untuk menyaring konten yang tidak sesuai.
- Buat kesepakatan jadwal dan durasi anak berinteraksi dengan internet
Biasanya ini yang selalu menjadi perdebatan. Dan berujung pada menyerahnya orang tua pada anak. Pembebasan pun dilakukan tanpa memikirkan akibatnya kelak. Beri pengertian soal kesepakatan yang akan dibuat, bukan karena dilarang tapi untuk kebaikan bersama juga. orang tua dan anak sendiri yang paling mengerti kebutuhan akan internet masing-masing. Jangan lupa juga mengingatkan dengan cara yang lembut ketika anak sudah terlalu lama memegang gadget.
Mari Bangun Kelekatan dengan Anak
- Bangun hubungan yang nyaman
- Memberi stimulus untuk bicara
- Dengarkan dengan penuh perhatian, tidak memotong
- Terima perasaan dan hargai pendapat/pilihan anak
- Fokus pada masa kini bukan masa lampau
- Diskusikan konsekuensi dan batasan bersama
- Gunakan "pesan saya" dalam menasihati anak
Dalam memberikan nasihat hendaknya orang tua menggunakan kata-kata positif, tutur kata santun dan tidak membentak. Gunakan rumus "pesan saya".
Saya (perasaan) .... saat (perilaku) ... karena (dampak).
Contoh:
"Mama takut kamu akan tidur di kelas kalau main gadget terus sampai malam."
Bukan ...
Main gadget mulu, udah malem begini!
Ibu Eka Widiastuti dan Ibu Reni memberikan kesan dan pesan |
Banyak sekali ilmu yang kami dapat hari itu. Semua pikiran terbuka lebar, dan baru menyadari banyak sekali kesalahan pengasihan terhadap anak yang kami lakukan selama ini.
Kemajuan teknologi jika tidak dibarengin dengan pengetahuan tentangnya akan merugikan kita tidak hanya anak saja. Bahwa ibu pun harus melek teknologi, paham semua istilah dan mengerti penggunaan internet secara bijak. Karena peran ibu sangat urgent di era digital saat ini.
Beberapa ibu dari Komunitas Ibu Profesional Bekasi yang menjadi peserta Bimtek |
Komentar
Posting Komentar