Postingan

Posesif is Not Bad

Gambar
Aku tidak tahu kenapa Wanda memberiku julukan Mr. Posesif padahal aku melakukan semua demi dia, demi kebaikan dirinya. *** “Seharusnya kamu banyak berlatih mengerjakan soal Matematika, supaya kalo ulangan kamu lancer mengerjakannya. Ini, bukannya belajar malah hang out plus karokean di mal, bagaimana mamamu enggak marah,” tukasku pelan.  “Jo, please deh enggak usah terlalu mengatur kehidupanku!” Wanda bangkit dari duduknya, makan malam yang kurencanakan indah sepertinya berakhir berantakan. “Wanda … tunggu Wan!” teriakku. Tapi Wanda telah berjalan jauh meninggalkanku. Aku mengejarnya dengan setengah berlari. Kulihat Wanda berdiri di depan kafe sambil bersedekap. “Wanda, maafin aku ya. Sungguh, aku tuh enggak bermaksud untuk mengatur kehidupan kamu …” ujarku mendekatinya. Wanda tidak menoleh. “Sudah berulang kali kamu bilang seperti itu padaku, tapi apa? Kamu selalu over protektif. Bahkan  melebihi mamaku,” umpat Wanda kesal. “Aku, over protektif? Wanda, aku tuh cuma …”

Satu Siang di Sekolah

Satu Siang di Sekolah “Aku baca sih, tapi ga nge- like apalagi komen, takut,” Begitu salahsatu komentar walimurid saat membicarakan statusku tentang sekolah anak kami beberapa hari lalu di facebook. Statusku itu kurang lebih menyindir tentang kedisiplinan di sekolah. Memang, pendapat seperti itu tidak sepenuhnya disalahkan. Tapi tidak lantas selamat dan aman karena tak berpendapat, loh. Kalau kita diam, lantas apa dong yang bisa diperbuat untuk perubahan yang lebih baik buat sekolah itu? apa hanya dengan ngedumel di belakang lantas semua jadi beres, begitu? Bukankah membiarkan segalanya begitu saja malah semakin membuatnya terlihat kacau dan amburadul. Bagaimana tidak amburadul, masuk sekolah jam 13.00 tapi 13.30 masih ada saja siswa yang berlarian di lapangan karena gurunya belum datang *tepok jidat Come on guys, looks those children! Mereka tidak mengerti apa-apa. Yang mereka rasakan justru senang-senang saja ketika jam satu lewat jauh, gurunya belum datang. 😑😑 mereka b

Pramuka Pertamanya

Gambar
Hari itu, Sabtu 22 Agustus, hari pertama si kembar mengikuti kegiatan pramuka di sekolah. Kok baru ikut pramuka? Ya, karena mulai dari kelas 3 semua siswa wajib mengikuti kegiatan pramuka ini. Setelah dibuat rempong dengan membeli aneka perlengkapan pramukanya yang salah melulu. dari kacu, tali peluit hingga topi selalu salah beli. :D *infonya ga akurat nih* saya kembali dibuat rempong karena ternyata jam pramuka setelah jam olahraga. *emangnya apa yang salah mpok? Begini, awalnya olahraga itu ada di hari Jumat dan pramuka Sabtu. Pekan kemarin itu jadwal masih berubah-ubah. Dan sekarang jadwal baru sudah ditetapkan, saya pun syok *lebayy* ternyata pramuka dan olahraga dijadikan satu di hari yang sama, Sabtu. Kebayang deh, bagaimana rempongnya anak-anak yang masih kecil itu mengganti baju seragam olahraganya dengan pramuka. Dan bagaimana pula mereka memakai peralatannya, saya aja masih bingung apalagi mereka *hadehhh pusing pala bebihh* :D Daripada saya galau memikirkannya, akhi

Melepas Anak Berangkat Sekolah Sendiri

Gambar
Saat si kembar duduk di kelas 1 dan 2 SD saya selalu mengantar dan menjemput mereka pergi dan pulang sekolah. Terkadang saya menungguinya apabila semua pekerjaan di rumah sudah beres. Ternyata di sekolah juga banyak ibu-ibu yang seperti saya, menunggui anaknya hingga pulang sekolah. Kenapa saya selalu mengantar mereka ke sekolah? Alasannya sederhana saja, karena saya sayang mereka. *ga lebay kok. Jarak dari rumah ke sekolah cukup lumayan sekitar 1,5 - 2 km. Jika ditempuh dengan berjalan kaki sudah pasti ngos-ngosan dan capek apalagi kalo cuacanya terik. Pasti begitu sampai di sekolah tempat pertama yang akan dituju adalah kantin. Ngapain? Ngapain lagi kalo bukan beli es :D

Kerlip Bintang Miyosi

Gambar
Majalah CHIC “Lit kita pulang yuk, aku udah ngantuk nih,” Miyosi berbisik di telinga Lita yang sedang asik berbincang dengan seorang pria berdasi di meja bartender. “Kamu duluan aja deh, aku sih, gampang … kasian tuh si Garry udah nelponin aku terus,” “Oh my God, Garry …” Miyosi memeriksa ponsel di tas tangannya. Ponselnya mati, wajahnya mendadak panik. Miyosi pun segera meninggalkan kafe itu tanpa pamit lagi dengan Lita. *** “Saya suka bahan presentasinya, semoga besok kita berhasil.” Reynold menutup meeting hari itu dengan senyum. Hal yang amat jarang sekali ia lakukan di depan para karyawannya. “Rey selama meeting tadi tatapan matanya tertuju ke kamu terus, loh, Miy …” bisik Lita ketika mereka keluar dari ruang meeting . “Nggak usah ngasal deh, Lit,” Miyosi menahan tawanya. “Serius, aku kan memerhatikan si Bujang Killer itu dari tadi,” Lita mengikuti Miyosi masuk ke ruang kerjanya. “Kayaknya kamu deh yang naksir dia,” Miyosi merapihkan meja kerjanya. “Kok aku

Tumpeng Tujuh Belasan ala Gang Mawar 4

Gambar
Seperti kampung-kampung lainnya, daerah tempat tinggalku juga mengadakan lomba untuk memperingati hari kemerdekaan negara kita tercintahh Indonesia, 17 Agustus.  Di kampung Legon--nama tempat kuitnggal--mengadakan lomba kreasi tumpeng untuk ibu-ibu. lombanya perkelompok. supaya mudah membagi kelompoknya jadilah kelompok dibuat per-gang saja. kebetulan rumahku di Gang Mawar 4, bergabunglah aku bersama ibu-ibu rempong di sana. *hampura buibu aku sebut rempong, emang kerempongan kita tiada duanya deh :D Pembagian tugas pun dilakukan, aku kebagian belanja pagi dan menghias tumpeng yang sudah jadi.  "Udah si umi aja yang ngehias, dia mah udah pinter bikin kue pasti bisa lah ngehias tumpeng," kurang lebih begitu deh celoteh ibu-ibu pas mendaulat saya untuk menghias tumpengnya. dalam hati sih senang aja cuma kebagian belanja ama menghias doang, dari pada yang lain mesti masak lauk :D Ternyata oh ternyata ... membuat alas tumpeng dan daun yang di pinggir tampahnya